Perang Pasifik atau dikenal juga dengan nama Perang Asia Timur Raya (Great East Asia War) berlangsung antara tahun 1937 - 1945 antara Jepang dengan pihak Sekutu, perang ini terjadi di Samudera Pasifik beserta pulau-pulaunya dan Asia.
Salah satu latar belakang terjadinya perang ini adalah akal licik Jepang untuk menguasai dan mengeksploitasi sumber daya alam wilayah lain di Asia demi kepentingan kemakmuran negaranya, pembiayaan armada militer, dan semua itu berujung pada penjajahan.
Muslihat yang digunakan Jepang untuk menarik simpati negara-negara Asia (termasuk Indonesia) yang saat itu sebagian besar berada di bawah penjajahan negara-negara Eropa, dengan melancarkan propaganda anti penjajahan, di Indonesia salah satu propaganda adalah membentuk Gerakan 3-A (Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia) pada tanggal 1 Juli 1942.
Aksi Jepang ini menimbulkan kemarahan negara-negara Sekutu (Amerika Serikat, Australia, Belanda, Selandia Baru, Inggris, Tiongkok, dan lain-lain) yang merasa negaranya terancam serta eksistensi mereka di wilayah jajahannya terganggu.
Propaganda itu cukup menarik simpati bangsa Indonesia yang sedang terjajah untuk berkolaborasi dengan Jepang yang datang sebagai Saudara Tua dalam membantu memperjuangkan kemerdekaan.
Ternyata Gerakan 3-A yang dipropagandakan di Indonesia tidak sejalan dengan kenyataan, di mana kekejaman dan kebiadaban tentara Jepang sangat melukai dan menimbulkan kerugian yang luar biasa.
Wilayah Indonesia, terutama Maluku merupakan wilayah yang sangat terdampak dari perang ini, karena dari aspek geografis berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik dan Australia (salah satu anggota negara Sekutu). Beberapa wilayah di Maluku dijadikan pangkalan militer Jepang, serta pihak Sekutu juga menempatkan pasukannya dibeberapa pulau lain di Maluku.
Kondisi itu membuat Maluku menjadi ajang pertempuran kedua kekuata militer tersebut, akibatnya banyak rakyat sipil yang menjadi korban, rusaknya fasilitas umum, kebun-kebun sebagai sumber mata pencaharian luluh lantak, serta menimbulkan trauma dan ketakutan yang luar biasa bagi masyarakat.
Kepulauan Banda, yang terletak di sebelah Tenggara Pulau Ambon sempat dijadikan pangkalan militer Jepang karena dianggap lebih dekat untuk melancarkan serangan ke Australia, tetapi seringkali juga pasukan Sekutu yang berbasis di Australia melancarkan serangan ke pangkalan militer Jepang yang ada di pulau-pulau di Maluku termasuk di Kepulauan Banda.
Ketika terjadi serangan dan pertempuran kedua belah pihak, maka rakyat sipil akan menjadi korban, seperti yang dialami masyarakat Banda sebagaimana yang dikisahkan oleh Des Alwi dalam Buku "Sejarah Banda Neira" :
Suatu pagi di bulan Maret 1945, ketika Jepang sudah di ambang kekalahan, dua pesawat pembom tentara sekutu jenis Martin B-26 Marauder yang berbasis di Australia menyerang Banda Neira sewaktu ratusan penduduk Banda berkumpul di Pelabuhan saat mengiringi sepasang Pengantin yang akan berangkat dengan perahu menuju ke Pulau Run.