Tenangkan diri mu, lilin adalah cahaya yang menunjukkan jalan. Jalan itu sangat indah, bagaikan burung merpati putih yang ingin mengepakkan sayapnya lalu terbang di alam bebas.
Terbang la dan kepakkan sayapmu dengan melalui jalan cinta dan kasih sayang.
Puisi ku buka puisi tapi sajak tentang kehidupan yang hidup tapi ia jatuh lalu bangkit. Bangkitlah yang mati, bukankah engkau ingin melihat keindahan, ke agungan. Aku ingin menulis mu pada kertas kosong, lalu ku tuliskan tentang keindahan mu yang orang tidak ketahui tentang mu.
Terbang adalah salah satu kebebasan terindah, ia mengejawantahkan cinta dan keindahan. Tapi mengapa ia tidak ada yang melihat nya, mencium nya, dan meraba-raba nya. Cinta adalah manifestasi keindahan, dia melingkupi segala nya. Tapi cinta itu butuh pengorbanan, kasih sayang, dan mahabbah.
Aku ingin pulang ke pangkuan mu, lalu aku ceritakan padamu bahwa aku tak sanggup hidup lagi. Aku ingin hidup, aku ingin mati, lepaskanlah, hanyut lah, lalu terbang tanpa membawa apa-apa.
Pada malam dan kehangatan api, ada peluk yang sejuk; enggan mati. Pada nadi ada detik berdetak, mengalir di urat-urat menit malam ini.
Jam-jam mengoyak sepi di balut api, asap menyamarkan isaknya sendiri; angka yang sedang berdiri mengamati.
Kau tahu, Apa yang menghidupkan api itu ? Yaitu harapan, spirit, dan pertempuran. Tapi sering kali, harapan itu patah, bukan di patahkan tapi karena terlalu berharap kepada sesuatu yang tidak niscaya.
Selamat istirahat para pencandu sosial media dan para remaja yang tergeletak di himpit kemajuan modernisasi yang tak kunjung ia menemukan penyelesaian permasalahan nya. Tapi hanya melampiaskan kepada sesuatu yang tak layak. Tak apa, jalani dan temukan apa dan mengapa kau harus tetap hidup. Selagi masih hidup bertarung lah, ayo mekar dan tumbangkan para lalat dan hegemoni tirani itu.
Yogyakarta, 21 Desember 2024
Salam literasi