Lihat ke Halaman Asli

Puan Kelana

Pejalan Anarki

Nusantara

Diperbarui: 12 Desember 2024   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita adalah Nusantara, kita Papua, kita Nusa tenggara, kita adalah Maluku, kita adalah Sulawesi. Suara dari kemiskinan, kemiskinan tak berkunjung selesai usai republik di bangun di atas cakrawala pengetahuan.

Kita tak mau bermasalah dengan anak cucu, tapi kaum oligarki merampasnya semua. Menumpuk kekayaan dan berkata yang miskin tetaplah miskin, Kami tidur di atas minyak dan emas. Tapi bukan kita yang punya, kita adalah Papua, kita adalah Maluku, kita adalah Nusa tenggara dan kita adalah Sulawesi.

Tanah kami, tanah kaya. Laut kami, Laut kaya. Tapi semua nya di rampas oleh para kapitalisme dan para oligarki, dari kota ke Desa masyarakat cuma bisa membaca harapan dan berdoa anaknya membawa perubahan tapi apa ? Pengetahuan nya tidak direalisasikan dengan masyarakat, mala ikut dengan konco-konco oligarki nya.

Semua anugrah itu bukan kita punya,
Kami "Masyarakat" hanya berdagang dengan buah-buah pinang. Mereka "Oligarki" hanya menampung kekayaan nya untuk mereka sendiri, dan mengisi perut nya sendiri. Apa bedanya dengan binatang ?

Tanah Nusantara adalah tanah leluhur, kita dilahirkan di tanah Nusantara. Tapi tanah itu di rampas oleh parah penguasa yang tak lain hanya sekedar kepentingan pribadi jika pun ada kepentingan yang lain. Yang tiada lain adalah politik, haus dengan kekuasaan, dan ekonomi.

Biarkan langit pecah....
Suara dari kemiskinan....
Yogyakarta 08 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline