SIRI-SORI adalah dayung sampan dan pohon sagu, harum cengkeh pala selalu tercium di kampung halamanku, itulah sebait rindu sang juranlis A,Pattisahusiwa yang kini meniti karir jurnalismenya di Ibukota akan kerinduan dengan negerinya di halaman kompasiana miliknya. "Isra Mi'raj dan Siri-Sori Islam, Negeri Islam pertama di Maluku" adalah judul yang penulis ungkapkan melihat kisah-kisah perjalanan Islam dengan situs-situsnya di bumi Elhau ini.
Peristiwa Isra' Mi'raj adalah momen terbentuknya aqidah umat Islam dalam perjalanan di muka bumi Allah ini. Peristiwa Isra' Mi'raj menyimpan banyak hikmah dan ibrah bagi orang-orang yang berakal sehat. Isra' adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram di Mekkah ke Masjid al-Aqsha di al-Quds, Palestina.
Sedangkan Mi'raj adalah naiknya Rasulullah SAW menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak bisa dijangkau oleh semua makhluk, malaikat, jin dan manusia. Dan perjalanan itu berlangsung hanya semalam, Ardiayansyah, 2016 dalam (Said Muhammad Ramadhan al-Buthy, Fiqh al-Srah al-Nabawiyah, Kairo:Dar al-Salam, 2012, hlm. 108).
Spirit Isra Mi'raj juga menjadi pijakan penyebaran Islam di seluruh dunia, hingga di Indonesia dan Maluku juga tentunya. Terbesit pertanyaan dengan judul Islam di Maluku pertama di siri-sori Islam?? Mungkinkah?...
Negeri 'Sirisori Islam' terletak di pulau Saparua, Maluku tengah. Tepatnya diseberang timur Pulau Ambon. Siri-Sori Islam merupakan wilayah Pesisir dengan luas sekitar 633,1 Hektar. Penduduknya yang berkisar 2600 jiwa itu bekerja sebagai nelayan dan petani, Pattisahusiwa (kompasiana, 2017).
Argumen tentang Islam pertama di Maluku yang penulis jelaskan didasarkan dari berbagai faktor, jauh sebelum kisah Syeh Abdurrahman Assegaf penyiar Islam di Siri-Sori Islam 1211 M. Kondisi makam-makam kuno di Siri-Sori Islam dengan tatak letaknya di di Elhau (kampung lama) seakan memberi petunjuk nafas Islam disitu !!, ada fase Islam disana, catatan-catatan perjalanan pra Islam hingga Islam tersimpan di negeri ini.
Kecenderungan Islam pertama di Maluku di Negeri (desa) Siri-Sori Islam bukan tanpa sebab mengacu pada penelitian Wuri Handoko, dalam jurnal Kapata Arkeologi, 2009 vol 5, dengan judul: Ekspansi dan Rivalitas Kekuasan Islam: Pengaruhnya di Wilayah Siri-Sori Islam Pulau Saparua Maluku, Maluku Tengah, pada dua lokasi makam di Elhau dimana ada beberapa makam yang berdekatan dengan dolmen (meja batu) dengan berorientasi arah utara-selatan dan satunya lagi berorientasi arah timur-barat.
Dengan tata letak makam arah timur-barat, hemat saya ini mengindikasikan ada proses pengenalan Islam yang mulai hadir disitu, dengan membuat makam yang mengarah ke kiblat (timur-barat) sesuai tradisi Islam, bukankah mayoritas pendapat ulama Syafi'i hukum menghadapkan jenazah ke arah kiblat di dalam liang lahat adalah wajib, masyarakat muslim di Indonesia sendiri mayoritas bermahzhab Syafi'i.
Argumen ini terus diperkuat oleh Handoko, dimana makam-makam kuno di bukit Elhau, mempunyai kesamaan dengan makam-makam kuno Islam di daerah jawa, makam-makam kuno tersebut yang berasal dari masa Pra Islam hingga sekarang, dimana menurut Handoko dalam Ambary (1991) penggunaan bukit atau gunung sebagai tempat pemakaman yang dianggap suci, dimana menurutnya makam-makam Islam kuno di Siri-Sori Islam tampak pula ada perbedaan besaran gundukan/bukit batu sebagai areal penempatan makam kuno, kemungkinan hal ini menunjukan bahwa tokoh-tokoh yang dimakamkan memiliki perbedaan peranan dan status sosial.
Jejak pengaruh dan perkembangan budaya Islam di siri-Sori Islam menurut Handoko dapat diidentifikasi dengan adanya makam kuno bercorak Islam dengan kecenderungan unsur megalitis masih sangat dominan tampak di makam-makam kuno tersebut, hal ini ditentukan dengan adanya makam naturalis namun tampak terlihat membentuk undakan, selain itu bentuk nisan menyerupai menhir berukuran kecil, menunjukan adanya perkembanagan lokal dari fungsi menhir.
Informasi Handoko sejatinya adalah penguatan dari penelitian Suantika (2007), dimana dari hasil penelitian arkeologi, kemungkinan besar dapat diketahui daerah ini sebelumnya sudah dihuni dari zaman pra sejarah yang berlanjut kemasa-masa berikutnya hingga kini. Menurut suantika, Dolmen (meja batu) peninggalan arkeologis ini dapat dilihat di puncak bukit, yang diyakini sebagai kampong lama (Elhau).