Lihat ke Halaman Asli

Indomie Dkk (Mi Instan): Real Story of Ngirit

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Mi instan buatan Indonesia di tarik dari peredaran di Cina Taipei mulai akhir pekan lalu. Sebagai solidaritas terhadap produk Indonesia tersebut saya muat ulang tulisan ini, yang saya salin dari blog saya di blogspot.

God's best food creation is the egg. Beraneka zat gizi terkandung dalam sebutir telur, yang sebenarnya hanyalah sebuah sel. Telur adalah satu-satunya bahan pangan asal hewan yang dapat bertahan diluar tubuh hewan hingga beberapa hari tanpa pengawetan, tanpa refrigerator. Luar biasa! Itu pelajaran yang saya dapat di bangku sekolah…

Apa makanan terbaik yang dibuat manusia? Saat camping, mendaki gunung, kelaparan di warnet, menunggu wesel tiba diakhir bulan ketika zaman sekolah, kehilangan selera saat masuk angin, apa yang anda makan? Kalau dibuat polling, saya yakin jawaban terbanyak adalah mie instant. Men's greatest food invention is instant noodles!

Mie instant bersifat ringan, padat, mudah dibawa, harganya lebih murah dari sebotol air minum dalam kemasan, mudah dimasak dan enak! Saya selalu membawa mie instant dari rumah bila bepergian ke luar negeri (kecuali ke Australia karena malas berurusan dengan Karantina). Alasan paling sesuai untuk camouflage adalah susah cari makanan yang sesuai dengan lidah Melayu di luar negeri. He he he… Sebenarnya alasan utama adalah ngirit. Bayangkan, 1.500 rupiah bisa untuk dinner di luar negeri, di hotel berbintang (walaupun di kamar sendiri!!!). Pocket money atau perdiem dari organizer bisa dibawa pulang, ditabung buat nombokin gaji PNS. Menabung sisa travelling allowance adalah cara efektif menambah penghasilan, terutama bagi PNS yang tidak mau (atau tidak punya kesempatan) untuk korupsi. This is no more camouflage...this is real life story ...

Sebenarnya sangat mudah menemukan mie instant di luar negeri (terutama Asia dan Australia yang pernah saya kunjungi, waktu ke Afrika Selatan nggak sempat ke supermarket). Kalau ada waktu, saya suka lihat-lihat mie instant di convenience store terdekat atau bahkan di supermarket: study banding mie instant! Di convenience store atau mini market, kebanyakan mie instant yang dijual adalah mie instant lokal dengan label dalam bahasa dan aksara lokal, dan umumnya tanpa sertifikat halal. Seperti di Indonesia, di supermarket pilihannya lebih banyak, ada ramen Jepang, ramen Korea disamping tentunya mie instant local, dan bila beruntung ada Indomie™ . Di Australia saya pernah menemukan Indomie™ goreng rasa sate, yang di dalam negeri malah belum pernah saya temukan. Jangan bayangkan di luar negeri selalu gampang menemukan supermarket. Di Hanoi dan di Luang Prabang (Laos) jangankan supermarket, nyari minimarket aja susah. Di Bangkok, saya pernah tinggal di hotel yang menyatu dengan pusat perbelanjaan MBK, tapi pernah juga harus naik kereta untuk mencapai supermarket terdekat. Jadi, yang terbaik adalah bawa sendiri mie instant dari rumah.

Kekonyolan pernah terjadi di Luang Prabang. Repot-repot bawa 7 bungkus mie instant dan wadah plastik food grade yang tahan panas buat merendamnya dari rumah, di kamar hotel ternyata nggak tersedia pemanas air/ coffee making facilities. Mau direbus pake apa itu mie instant?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline