Lihat ke Halaman Asli

Perdagangan Anjing dan Daging Anjing Untuk Konsumsi Perlu kah Dibatasi?

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsumsi daging anjing di Indonesia umumnya dikaitkan dengan suku tertentu yang menjadikan daging anjing sebagai hidangan istimewa pada saat pesta dan hari raya (festive dish). Beberapa nama hidangan cukup populer seperti "RW" (Rintek Wu'uk) dan "B1". Di Jawa secara eksplisit dikenal Sengsu (Tongseng Asu) maupun menggunakan bahasa yang diperhalus "Sate Jamu", atau Kambing Balap.

Konsumsi daging anjing sebenarnya dapat ditemukan di hampir semua belahan bumi sepanjang sejarah peradaban manusia. Bahkan di beberapa negara anjing jenis tertentu diternakkan khusus untuk menghasilkan daging. Saat ini telah terjadi pergeseran nilai dalam menyikapi konsumsi daging anjing. Masyarakat yang dulu menganggap konsumsi daging anjing merupakan bagian dari tradisi mereka, saat ini (terutama sebagian besar masyarakat barat) menganggap konsumsi daging anjing sebagai tindakan yang tercela.Kalangan yang menentang konsumsi daging anjing mungkin karena memiliki persepsi bahwa anjing sudah merupakan sahabat manusia sejak ribuan tahun yang lalu sehingga tidak pantas untuk dikonsumsi dan ada juga beralasan pemotongan anjing umumnya dilakukan dengan cara yang sangat menyakiti hewan.

Seperti di Indonesia, konsumsi daging anjing saat ini masih banyak ditemukan di Cina (daratan), Korea dan Vietnam. Bahkan pada tahun 2009, daging anjing dilaporkan menjadi media pembawa utama kuman Vibrio cholerae yang menyebabkan wabah kolera musim panas di Vietnam bagian utara.

Hong Kong, Taiwan dan Philipina: tradisi versus hukum

Seperti masyarakat Cina daratan, orang Hongkong juga memiliki tradisi mengkonsumsi daging anjing. Pemerintah kolonial Inggeris menerapkan the Dogs and Cats Ordinance pada 6 January 1950, melarang pemotongan anjing dan kucing untuk tujuan apa pun.

Masyarakat Taiwan menyebut daging anjing 狗肉 gǒu ròu atau kadang diperhalus menjadi "daging wangi" (香肉 xiāng ròu. Zaman dahulu anjing terutama anjing berbambut hitam dimakan pada musim dingin yang diyakini dapat menghangatkan tubuh. Pada tahun 2004, pemerintah Taiwan menerapkan pelarangan penjualan daging anjing karena tekanan kelompok penyayang binatang setempat serta untuk meningkatkan citra Taiwan di mata masyarakat internasional..

Secara umum the Philippine Animal Welfare Act 1998 melarang membunuh anjing kecuali untuk keperluan keagamaan, adat, keamanan masyarakat dan alasan kesehatan hewan. Kota Manila memberlakukan Metro Manila Commission Ordinance 82-05yang secara specifik melarang memotong dan menjual anjing untuk pangan. Sementara itu Provinsi Benguet secara spesifik membolehkan konsumsi daging anjing untuk adat di kalangan suku asli tetapi membatasi untuk komersial.

Walaupun Hong Kong, Taiwan dan Philipina melakukan pelarangan konsumsi daging anjing, penjualan daging anjing di restoran kadang masih dilaporkan. Namun demikian jumlahnya sudah jauh berkurang.

Konsumsi daging anjing: problem di Indonesia

Konsumsi daging anjing di Indonesia tidak dapat dipungkiri memiliki implikasi dalam pengendalian penyakit rabies yang dikenal sebagai penyakit yang sangat berbahaya.

Pertama. Anjing menjadi komoditi yang diperdagangkan mengikuti hukum "supply & demand". Anjing dikirim dari daerah penyedia ke daerah konsumen. Sebagai negara kepulauan tidak mudah untuk mengawasi lalu lintas anjing antar pulau apalagi bila pengeluaran/ pemasukan dilakukan di pelabuhan informal yang luput dari pengawasan aparatur pemerintah. Bukan tidak mungkin anjing dari daerah tertular rabies dikirim ke daerah bebas rabies, hal ini mungkin merupakan salah satu sebab rabies terus menyebar di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline