A. LABA PERSAHAM
Untuk menilai posisi keuangan perusahaan, investor dapat menilainya dengan menghitung indikator keuangan perusahaan, atau profit per share (EPS). Banyak teori ahli mendefinisikan profit per share (EPS), tetapi biasanya profit per share (EPS) atau profit per share adalah per saham yang dapat diperoleh perusahaan dari bisnisnya, yang didefinisikan sebagai jumlah laba bersih.
Laba per saham atau Profit per share (EPS) dihitung dengan membagi laba pencetakan perusahaan untuk periode tersebut dengan jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Laba per saham (EPS) adalah laba bersih yang siap dibayarkan kepada pemegang saham dibagi dengan luas total saham perusahaan. Earning per share (EPS), atau laba per saham, adalah bentuk keuntungan dari seluruh saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Laba per saham dasar yang disusun untuk periode berjalan dihitung dengan membagi laba periode berjalan dengan jumlah rata-rata saham biasa yang diterbitkan untuk periode berjalan sesuai dengan PSAK 56 "Laba per saham". Data berikut digunakan untuk menghitung laba per saham dasar.
Perhitungan :
Dari data di atas, kita dapat melihat bahwa laba bersih dan jumlah saham yang diterbitkan mempengaruhi peningkatan laba per saham. Artinya EPS tahun 2018 lebih tinggi dibandingkan tahun 2019. Demikian pula pada tahun 2020, laba bersih mengalami penurunan, tetapi jumlah saham tidak bertambah. Alhasil, EPS di tahun 2020 menjadi sangat kecil.
B. CURRENT RATIO
Rasio lancar merupakan rasio yang dipakai buat mengukur taraf likuiditas. Likuiditas memberitahukan kemampuan perusahaan buat membayar kewajiban keuangan buat membayar kewajiban keuangan jangka pendek sempurna waktu. Likuiditas perusahaan adalah faktor krusial wajib diperhatikan sebelum merogoh keputusan buat memilih besarnya return saham yang wajib dibayar. Return saham bagi perusahaan adalah arus kas keluar, semakin akbar likuiditas perusahaan secara holistik maka semakin akbar juga kemampuan perusahaan buat membayar return saham.
Current Ratio (CR) adalah cara buat menguji taraf perlindungan yang diperoleh pemberi pinjaman berpusat dalam pinjaman jangka pendek diberikan pada perusahaan buat mendanai aktivitas operasional perusahaan. CR rendah umumnya dipercaya menandakan adanya perkara pada likuidasi, kebalikannya rasio lancar yang terlalu tinggi jua kurang baik, lantaran menandakan banyaknya dana menganggur yang dalam akhirnya bisa menurunkan profitabilitas perusahaan. Hal ini memberitahukan bahwa investor akan menerima return lebih rendah apabila kemampuan perusahaan pada memenuhi kewajiban jangka pendeknya semakin rendah.
Perhitungan untuk periode 2018 :
Current ratio = Aset lancar / Utang Lancar