Lihat ke Halaman Asli

isnani rachmawati

Seorang guru pembelajar

KHD dan Pratap Triloka

Diperbarui: 14 Februari 2023   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ki Hajar Dewantoro dan Pratap Triloka

Tentu saja sosok Ki Hajar Dewantoro sudah kita kenal. Namanya memang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang terjun dalam dunia pendidikan. Banyak sekali pemikirannya yang dijadikan rujukan bahkan hingga puluhan tahun setelah dirinya meninggal dunia. Salah satu pemikirannya yang terkenal dan dijadikan semboyan pendidikan adalah tut wuri handayani.

Kalimat ini menjadi salah satu dari pratap triloka buah pikiran Ki Hajar Dewantoro yang selalu menjadi pedoman bagi para guru. Kata Pratap Triloka berasal dari bahasa Jawa yang kemungkinan besar diserap dari bahasa Sansekerta (https://www.kamusjawa.net/maksud/kata/patrap.html.) Jika diartikan secara harafiah, pratap berarti tindakan yang sesuai, kemuliaan. Sedangkan triloka berarti tiga tempat, alam. Sehingga jika kedua kata tersebut digabung memiliki makna baru yang kurang lebih berarti tiga tindakan yang sesuai atau kemuliaan hidup.

Lantas bagaimana seorang guru memandang konsep ini dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-harinya?

Filosofi Ki Hajar Dewantoro dan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Hal ini terutama dapat diartikan sebagai berikut:

Pratap triloka adalah pemikiran Ki Hajar Dewantoro yang ditulis dalam bahasa jawa kuno: Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun Karso, tut wuri handayani. Ketiga kalimat ini kurang lebih berarti bahwa guru selalu bisa menempatkan diri dalam berbagai posisi. Di depan guru memberikan teladan yang baik kepada murid dan lingkungannya, di tengah ketika bersama murid guru mampu berperan aktif bersama murid mewujudkan mimpinya, dan ketika di belakang guru mampu mendorong murid mewujudkan mimpinya tanpa menggurui.

Guru harus mampu melakukan tiga peran tersebut secara benar dan tentunya berpihak kepada kepentingan murid. Dalam pengambilan keputusan inilah terutama peran guru dituntut mampu memutuskan sesuatu dengan bermuara pada keberpihakannya kepada murid berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan yang berlaku dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

Mengapa dalam membuat keputusan kita harus berdasarkan pada nilai kebajikan? 

Kita tentunya setuju bahwa nilai kebajikan adalah nilai-nilai universal yang diakui umum karena sarat akan pelajaran hidup. Nilai-nilai universal ini jika ditanamkan dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya akan menjadi bagian dari hidup kita, secara sadar atau tidak. Sehingga dengan kata lain ketika kita dituntut untuk membuat keputusan atas masalah yang kita hadapi, kita tentu akan berpedoman pada nilai-nilai kebajikan yang menjadi pedoman kita.

Tentunya dalam pengambilan keputusan kita akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan tersebut demi kepentingan bersama dan kebaikan bersama. Proses pengambilan keputusan ini dilandasi oleh prinsip berpikir yang mengedepankan hasil akhir (ends-based thinking); berdasarkan pada peraturan (rule-based thinking); dan berdasarkan rasa kepedulian terhadap sesama (care-based thinking).

Proses penentuan keputusan yang dilakukan guru erat kaitannya dengan para murid. Guru dituntut mampu membuat keputusan yang memihak pada para murid. Jika masalah yang diputuskan berkaitan dengan siswa secara langsung, guru hendaknya mampu membimbing murid untuk membuat keputusan yang sesuai kemampuannya. Jangan sampai malah merugikan murid yang bersangkutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline