Biarkan saja tetes embun itu membasahi dedaunan, ranting-ranting nyaris patah, hingga akhirnya memberikan sepetik harapan bagi tanah. Biarkan saja angin sepoi membelai jejak anggun pepohonan, memberikan harapan bagi bunga-bunga yang berharap serbuk sarinya kan membawa generasi baru yang penuh harapan. Biarkan saja pagi menjadi saksi sebuah generasi telah terlahir kembali.
Biarkan saja sungai tetap kan mengalir deras sebagai saksi terus berjalannya roda waktu yang trengginas menggilas harapan-harapan. Bukan karena ia kejam, mungkin lebih karena kita terlambat menyadari bahwa setiap jarum jam yang bergerak begitu berarti. Waktu adalah guru yang tak mau menunggu, kesabaran baginya terwujud dalam bukti nyata: lahirnya peradaban yang terus berbagi kebaikan. Meski kadang ia tertunduk malu, ada saja segelintir orang yang menghianati kepercayaan Tuhan dalam kutuk dendam pertikaian.
Biarkan saja waktu berjalan, menembus menghanyut perlahan. Kita hanya akan dimintai pertanggung jawaban tentang satu hal: kesetiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H