Rembulan di tepi ranjang. Rambutnya tersulur panjang. Wajah rembulan lebam. Matanya sembab. Menangisi nasib yang terjerambab.
Rembulan telah diperkosa malam tadi. Dipaksa bergumul dalam asap-asap industri. Demi terlaksananya cita-cita. Mari bersama membelenggu kaki dan tangannya.
Biarkan ia berfikir melahirkan ide cemerlang. Tetapi daya dan upayanya terpasung. Realisasi jangan sampai terjadi. Karena kami yang punya kendali. Sekarang giliran kita mengabdi.
Rembulan di tepi jurang. Wajahnya kering. Setelah permainan usai. Kini sepi mengurung hati. Meski lalat berterbangan di atas roti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H