KRL Dulu Dan Sekarang (oleh Isnandar)
Saya jadi teringat beberapa tahun silam pernah membaca artikel menarik dimuat diharian Kompas. Tentang suka duka penumpang KRL (Kereta Rel Listrik) serta cerita menarik seputar penumpang kereta yang beroperasi di JABOTABEK.
Sayangnya saya lupa tanggal, bulan serta tahun artikel lawas tersebut dimuat. Bahkan judul dan nama penulisnya. Saya coba telusuri, dan tidak saya temukan kembali. Oh ya, artikel yang saya baca saat itu KRL masih dalam kondisi dahulu.
Di pagi hari KRL penuh sesak syarat penumpang berjubal-jubal. Dengan jadwal yang telah ditentukan berjalanlah KRL, meliuk-liuk di atas rel menembus kemacetan Jakarta. Menghantarkan beragam penumpang dengan profesi berbeda ke tujuannya. Untuk beraktivitas sehari-har. Laki-laki maupun perempuan. Anak-anak hingga orang dewasa. Karyawan kantoran, anak sekolah dan mahasiswa. Pelaku bisnis hingga pedagang sayur-mayur di Pasar Minggu dan lain-lainnya. Menyatu dalam peluh bercucuran. Mencari nafkah mengisi kehidupan.
Di suasana gerbong kereta yang penuh sesak banyak cerita menarik terjadi didalamnya. Kondisi udara panas karena hanya dilengkapi fan kipas angin saja. Belum lagi asongan minuman, rokok dan makanan menambah sesak isi gerbong kereta. Saking padatnya banyak juga yang naek atap kereta. Karena di gandengan pun telah penuh sesak.
Harus ekstra super hati-hati. Pelaku kejahatan mencari kesempatan didalam kesempitan. Pencopet yang mengincar dompet. Pelaku plecehan seksual, kerap kali terjadi di dalam gerbong KRL. Bahkan sampai terjadi penodongan untuk jam dan tujuan KRL tertentu. Dikarenakan tidak adanya petugas keamanan dalam rangkaian KRL tersebut.
Tetapi ironisnya dari cerita pengalaman penumpang KRL itu. Banyak juga cerita asyik menggembirakan. Misalnya antar penumpang sangat ramah, terjadi obrolan santai tanpa saling curiga. Bertegur sapa dalam kehangatan. Menghormati sesama penumpang. Meskipun mereka tak saling kenal. Serasa lemah lembut tanpa kekakuan sosial. Juga saling tolong menolong. Maka jarak strata sosial pun terhapus.
Dari info lowongan pekerjaan sampai info bisnis jual beli properti terjadi. Info kenaikan harga jadi obrolan sehari-hari pedagang pasar tradisional. Memanfaatkan intensitas pertemuan antar penumpang hingga melahirkan komunitas tak resmi tanpa identitas. Arisan juga ada. Bahkan sepasang muda-mudi bertemu jodonya hingga ke pelaminan.
Kini wajah KRL JABODETABEK telah berubah, mulai berdandan di sana-sininya. Dari pembelian tiket, kenyamanan digerbong kereta karena sudah dilengkapi AC. Hingga di siapkan tim security yang terlatih. Info jurusan serta stasiun yang disinggahi selalu terdengar di gerbong kereta. Jadi tidak perlu was-was salah jurusan.
Naik KRL bersih, nyaman dan aman. Tidak ada lagi hilir mudik pedagang asongan. Tingkat kejahatan pun terbilang menurun dibanding dahulu. Apalagi penumpang yang nekat naik diatas atap sudah tidak ada lagi. Kini KRL bersih, nyaman dan aman.
Meski penumpangnya beragam, artinya sama dengan suasana KRL terdahulu. Tetapi kadang terlihat wajah-wajah penumpang yang menampilkan sikap individu. Bahkan jejak langkah hedonis terasa begitu kuat. Apakah wajah kita telah berubah. Menyesuaikan wajah KRL berdandan sedikit modern. Hingga prilaku gaya hidup kita juga ikut berubah.