Lihat ke Halaman Asli

isnamuthiaputri

Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Media Baru Dan Perubahan Paradigma Komunikasi Di Era Digital

Diperbarui: 16 Desember 2024   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari Satu Arah ke Banyak Arah.

Sebelum era digital, komunikasi massa bersifat satu arah. Surat kabar, radio, dan televisi
menyampaikan informasi dari segelintir produsen konten ke konsumen pasif. Namun, media
baru mengubah paradigma ini menjadi komunikasi dua arah atau bahkan many-to-many. Siapa
pun kini bisa menjadi produsen informasi---baik melalui unggahan media sosial, video di
YouTube, atau diskusi di forum daring. Kebebasan ini menciptakan ekosistem komunikasi
yang lebih dinamis. Individu bukan hanya penonton, tetapi juga aktor yang bisa memengaruhi
opini publik, membangun komunitas, atau bahkan menciptakan tren global.
Personalisasi dan Algoritma: Komunikasi yang Berpusat pada Pengguna
Media baru juga memperkenalkan algoritma yang memungkinkan personalisasi konten.
Dengan teknologi ini, platform seperti Instagram, TikTok, atau Google menyajikan informasi
berdasarkan preferensi dan perilaku pengguna. Meski menawarkan kenyamanan, personalisasi
ini menimbulkan tantangan seperti filter bubble---kondisi di mana individu hanya terekspos
pada informasi yang sesuai dengan pandangan mereka, sehingga mengurangi keberagaman
perspektif.
Komunikasi Real-Time: Dunia Tanpa Batas Waktu dan Ruang.
Dulu, jarak geografis menjadi penghalang utama komunikasi. Kini, dengan aplikasi seperti
WhatsApp, Zoom, dan Slack, komunikasi lintas benua dapat terjadi secara instan. Perubahan
ini tidak hanya memengaruhi hubungan personal, tetapi juga dunia profesional. Kolaborasi
jarak jauh telah menjadi norma, memungkinkan perusahaan global untuk bekerja tanpa batas
geografis.
Namun, komunikasi real-time juga menghadirkan tantangan baru, seperti kelelahan digital
(digital fatigue) dan hilangnya batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Disrupsi Media Konvensional
Keberadaan media baru juga telah menggeser dominasi media konvensional. Media sosial
menjadi platform utama untuk berita, menggantikan surat kabar dan televisi. Influencer dan
kreator konten sering kali lebih dipercaya dibandingkan jurnalis tradisional. Hal ini
menimbulkan tantangan baru terkait validitas informasi, mengingat media baru sering kali
menjadi tempat penyebaran berita palsu (hoax).
Dampak Sosial dan Kultural.
Media baru tidak hanya memengaruhi komunikasi, tetapi juga cara manusia memahami dunia.
Gerakan sosial seperti #MeToo dan #BlackLivesMatter memperoleh kekuatan besar berkat
media baru, yang memungkinkan mobilisasi massa secara cepat dan efisien. Di sisi lain, media
baru juga dapat memperkuat polarisasi sosial dan politik, menciptakan ruang diskusi yang
penuh emosi dan konflik.
Paradigma Baru dalam Komunikasi
Media baru telah mengubah paradigma komunikasi menjadi lebih inklusif, interaktif, dan
personal. Namun, di balik semua manfaatnya, media baru juga membawa tantangan yang
membutuhkan perhatian serius, seperti etika digital, keamanan data, dan literasi media.
Era digital adalah peluang dan tanggung jawab. Dengan memanfaatkan media baru secara
bijak, kita dapat menciptakan ekosistem komunikasi yang tidak hanya lebih canggih, tetapi
juga lebih manusiawi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline