Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Berusaha Untuk Istiqomah

Diperbarui: 20 Mei 2024   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selembut angin menerpa wajah, sewangi aroma embun dipagi Hari.

Aku kembali terbangun dari mimpi. Ku kira Aku dan keistiqomahanku adalah sepasang sepatu Yang selalu bersama. Ternyata kita adalah matahari Dan Bulan. Ku Kira seiring berjalannya waktu Kau dapat selalu Aku genggam. Ternyata perlahan Aku yang mulai melepaskan tanpa sadar.

Oh tuhanku Yang maha besar. Sungguh maha tinggi ke agungan-Mu Yang tidak beranak dan tidak beristri. 

Aku hanya manusia yang penuh dengan dosa namun banyak sekali pintaku dan seakan memaksa-Mu untuk Kau terima.

 Keistiqomahanku mulai tumbang. Tatapanku terhadap sajadah tak lagi cemerlang. Aku berkata sangat mencintai-Mu namun nyatanya tak Ada bukti nyata Yang bisa untuk Aku buktikan.

Aku bertingkah sekolah sangat dekat dan sangat mengenal-Mu. Namun ternyata Aku hanya si pendosa yang hebat. Maha Suci Engkau dengan segala yang ada di alam semesta.

Ku kira Aku menyiram benih cinta kepada-Mu dengan ke istiqomahanku m namun ternyata cintaku pada-Mu Masih palsu.

Oh tuhanku Yang maha Ghofur. Ampunan-Mu amatlah Luas, nikmat yang kurasakan tak mungkin Aku mampu balaskan dengan Apa pun. 

Ya Allah ..

Maafkan Aku dan Hatiku

Subhanallahi wabihamdihi subhanallahiladziim. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline