Lihat ke Halaman Asli

Isnaini Khomarudin

editor lepas dan bloger penuh waktu

Dari Pasar Takjil Ke Panti Kecil

Diperbarui: 15 Maret 2024   22:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarak pasar takjil menggerakkan ekonomi lokal. (Dok. pri)

RAMADAN TIBA, takjil pun dinanti semua. Bukan cuma yang berpuasa, bahkan penganut agama lain pun ikut menyemarakkan pasar kaget ini dengan menjadi pembeli yang mengaku turut menikmatinya.

Menurut KBBI, takjil berarti penganan dan minuman untuk berbuka puasa. Tanpa diartikan pun, nyaris semua orang tahu--tak terkecuali anak-anak. Semasa kecil dulu, kami di desa paling cuma main ke jalan raya untuk menyaksikan lalu lalang kendaraan sambil menanti bedug magrib.

Anak-anak zaman now punya kebiasaan berbeda. Dari desa hingga kota, dari kecil sampai dewasa, tumplek blek untuk berburu menu berbuka yang disebut takjil. Bagus juga sih ketimbang mereka fokus menatap layar gawai.

Pasar takjil ini terasa semarak mungkin justru karena bentuknya sederhana. Kebanyakan hanya berupa meja dan rak yang dipasang ala kadarnya di depan rumah atau jalan kompleks perumahan. Lalu barang dagangan dipajang di atasnya dengan tulisan yang tak kalah sederhana.

Dari pasar takjil ke panti asuhan

Kendati sederhana, pasar takjil di Indonesia terasa istimewa karena hadir sekali dalam setahun--biasanya selama sebulan penuh sebelum Idulfitri tiba.

Keunikan lain yang membuat pasar takjil di Indonesia kian semarak adalah keragaman penganan atau jajanan yang dijual untuk pembeli. Dari khazanah lokal hingga internasional, silakan pilih sesuai selera lidah dan ketersediaan rupiah.

Lontong buras, lezat bikin semangat. (Dok. pri)

Dengan kata lain, banyaknya pilihan ini secara tak langsung turut menggerakkan ekonomi setempat sembari melestarikan jajanan tradisional. Dalam pasar takjil tak jarang dijual juga kue-kue basah seperti apem, onde-onde, lemper, lontong buras, nagasari, getuk, serabi, kue cubit atau bermacam es seperti es pallu butung, oyen, dan sebagainya.

Namun, hari ini saya dan si bungsu punya kisah lain untuk diceritakan. Selepas berburu kudapan dari pasar takjil di kompleks Perumnas Made, Lamongan, kami bergegas meluncur ke sebuah panti yatim yang terletak di Jl. Sunan Giri, tak jauh dari RSUD Soegiri.

Ada teman yang menitipkan makanan untuk disampaikan ke sana, sekalian saya tambahkan. Jadilah sore kami yang singkat terasa penuh berwarna, sangat berkesan setelah berjumpa anak-anak yang sudah bersiap setelah tikar digelar di halaman panti. temaram senja yang melegenda, tsah!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline