"Kalau mengaku bisa mengerjakan semuanya sendirian, kita justru tengah membangun kesenjakalaan itu sendiri."
Begitu ujar Kang Maman dalam sebuah sesi webinar amal Maret silam. Webinar pagi itu mengangkat tema Senja Kala Content Creator yang mengupas tantangan dan peluang sebagai content creator di era serbadigital yang semakin kompetitif saat ini.
Tak bisa dimungkiri jumlah content creator memang sangat banyak. Makin banyak platform, makin besar pula jumlah pengisinya. Ada yang memproduksi konten di blog, bikin konten di Youtube, TikTok, Instagram dan entah di mana lagi yang semuanya menjanjikan keuntungan baik uang maupun personal branding.
Menolak bayaran 400 juta
Bagaimana agar kita bisa bersaing dengan ribuan content creator di tengah arus informasi yang serbadigital saat ini? Bangun kepakaran dan miliki integritas. Itu pesan Kang Maman---sapaan akrab Maman Suherman ayang didapuk sebagai salah satu narasumber.
Ia pernah menerima pesanan menulis biografi dengan iming-iming bayaran mencapai 400 juta rupiah. Itu membuktikan bahwa ia dikenal pakar di bidangnya. Sebutlah he's really good at what he does sehingga orang lain bisa menakar kemampuannya dengan konversi ekonomi.
Namun kepakaran itu tidak bisa dibangun secara instan. Apalagi membuktikan integritas dengan menolak tawaran menggiurkan itu lantaran ia khawatir tak mampu menarasikan kisah sejujur-jujurnya tanpa intervensi pemesan biografi. Alih-alih didikte, Kang Maman mau menulis jika ada kesepakatan bahwa tulisannya tidak akan diselipi pesan terselubung yang bertentangan dengan hati nuraninya.
Saya lantas teringat pendapat penulis dan motivator asal Palestina Adham Syarqawy yang menyebutkan bahwa,
"Kaya bukanlah ketika engkau bisa membeli dunia seisinya, tapi ketika dunia seisinya tak bisa membelimu."