Lihat ke Halaman Asli

Lunturnya Nilai-nilai Lokal di Indonesia

Diperbarui: 22 November 2016   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perkembangan zaman akhir-akhir ini membawa dampak yang besar bagi kehidupan manusia terutama bagi bangsa Indonesia. Derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi menjadikan dunia seolah nyaris tanpa batas. Peristiwa yang terjadi di suatu tempat dengan hanya beberapa detik sudah dapat diketahui di belahan dunia lain yang bahkan jaraknya beribu-ribu kilometer dari tempat itu. Ini artinya kemajuan teknologi informasi berperan penting dalam memengaruhi seluruh dunia tanpa terkecuali di Indonesia.

Pengaruh globalisasi yang mudah sekali menyebar dari berbagai media informasi dan tanpa difilter baik positif maupun negatifnya yang tak mampu kita hambat dikhawatirkan budaya bangsa, khususnya budaya lokal akan mulai terkikis.

Dengan terkikisnya budaya lokal Indonesia maka bangsa Indonesia kehilangan identitasnya dan jati diri Indonesia mulai tergilas dan hilang. Terlihat dari masyarakat Indonesia di zaman sekarang ini sudah jarang ditemukan yang masih menanamkan nilai-nilai lokal terutama pada generasi muda. Akibatnya banyak generasi muda yang keluar jalur dan lebih bangga mengikuti lifestyle orang Eropa daripada bangsanya sendiri.

Contoh kecilnya adalah kasus ‘Awkarin’ si peraih nilai ujian nasional SMP tertinggi se-Indonesia pada saat itu yang sekarang menjadi 180 derajat berputar drastis menjadi remaja yang gaya hidupnya hedon dan nakal. Sangat jauh berbeda dari nilai-nilai lokal di Indonesia. Dia merasa bangga dengan dirinya yang sekarang yang jauh dari Pancasila. Ini alarmuntuk bangsa Indonesia bahwa generasi muda zaman sekarang miskin akan moral dan akhlak baik yang melekat pada diri bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.

Masalah lainnya adalah sudah pudarnya anak-anak zaman sekarang dalam memainkan permainan lokal di Indonesia. Zaman dahulu permainan anak-anak itu seperti bermain congklak, bermain layang-layang, bermain lompat tinggi dan lain sebagainya sudah hilang tergantikan dengan gadget sehingga anak-anak sekarang menjadi individualis dan materialistis. Lalu remaja zaman sekarang lebih cinta dengan budaya negara lain yang kekinian seperti K-Pop (Korean Pop), budaya barat, bahkan hingga menari tarian modern (modern dance) daripada tarian tradisional. Ini merupakan masalah serius jika terus dibiarkan dalam jangka yang panjang.

Berbeda dengan negara di Asia Timur seperti Tiongkok, Jepang dan Korea yang masih kuat dalam memertahankan budayanya. Ketiga negara tersebut sudah merupakan negara maju namun nilai-nilai lokal di negaranya selalu mereka bawa dalam diri masyarakatnya.

Ketika negara tersebut membuat berbagai macam barang mulai dari mainan, kosmetik, hingga barang elektronik yaitu dengan menggunakan bahasa mereka sendiri bukan dengan bahasa Inggris. Lalu setiap membuat film, pasti selalu disisipkan nilai-nilai kebudayaannya. Memakai pakaian adat, hingga makanan khas negara itu. Bahkan membuat film yang memuat nasionalisme bangsa tersebut.

Kita sebagai bangsa Indonesia harus introspeksi diri agar bisa memperbaiki keadaan bangsa menjadi lebih baik dan memertahankan budaya lokal kita. Penyebab lunturnya budaya Indonesia adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap budaya lokal, minimnya komunikasi tentang budaya dan kurangnya pembelajaran budaya sehingga dampaknya remaja Indonesia kehilangan jati diri sebagai rakyat Indonesia yang memegang teguh budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline