Terngiang kata-kata Almarhum Pak Ayi Guru Bahasa Indonesia di SMP, beliau menasehati Kami agar belajar dengan sering membaca. Membaca akan lebih memberikan pengertian kalau kita membaca berulang-ulang, semakin sering membaca bacaan yang sama maka semakin banyak ilmu yang kita dapatkan. Demikian pula di SMP yang sama, Guru Bahasa Indonesia yang lainnya mengatakan bahwa membaca novel atau sejenisnya akan lebih menarik dibandingkan dengan membaca buku paket pelajaran karena bahasa novel lebih indah.
Dikejar oleh keinginan menguasai pelajaran,maka Saya sering membaca buku pelajaran yang kadang kurang bisa dicerna atau juga kurang menarik dengan harapan dapat lebih mengerti isi buku tersebut. Hanya saja akibatnya saya sering zoning out karena hanya mengejar kuantitas bacaan. Namun seiring waktu, saya merasa ada keajaiban karena tentunya dari beberapa kali membaca buku tersebut ada saja hal-hal yang teringat, misalnya kata-kata yang terngiang ketika ulangan atau ketika orang membicarakan sesuatu yang ada kaitannya dengan materi tersebut.
Suatu saat Saya membaca buku tentang otak sadar dan otak tidak sadar. Menurut buku tersebut, otak sadar bekerja seperti kita menuangkan air ke corong terbalik sehingga ilmu yang didapat banyak terbuang. Sedangkan otak tidak sadar bekerja seperti menuangkan air ke corong dimana air akan banyak melewati corong tersebut. Dari yang saya tangkap dari buku tersebut, bahwa walaupun Kita membaca buku dengan zoning out, Kita akan tetap menerima masukan apa yang kita baca dengan otak tidak sadar kita.
Dengan keyakinan itu, makanya saya sering membaca majalah-majalah atau buku yang berbahasa Inggris, walaupun saya banyak tidak mengerti dibanding mengertinya. Begitu pula buku-buku yang berisi materi-materi pelajaran banyak saya pelajari walaupun kurang saya mengerti. Namun hasilnya memang semakin lebih mengerti apa yang saya pelajari sedikit demi sedikit.
Saya sering mengajak murid untuk sering membaca buku pelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Kenyataannya sebagian besar murid jarang yang sengaja membaca dan sulit menjawab pertanyaan. Bahkan masih ada siswa yang ke sekolah saja salah bawa buku pelajaran karena tas hanya disimpan dan dibawa ke sekolah. Kesulitan anak dalam membiasakan membaca, mendengarkan dan menyimak apa yang guru terangkan adalah masalah saya sehari-hari sebagai guru.
Ketika saya mengajar, saya akhirnya mempraktikan metode guru sejarah saya waktu SMA yang memberikan soal kepada kami sebagai murid untuk dicari dari buku. Kami sibuk membaca buku paket untuk menemukan jawaban soal yang diberikan, setelah selesai lalu dikumpulkan dan ditanda tangani. Kemudian beliau menerangkan apa yang sudah kami temukan jawabannya tersebut. Dengan metode tersebut, Kami sangat menikmati pelajaran sejarah yang biasanya bisa dipelajari dengan membaca.
Saya pun mencoba metode tersebut, dan murid saya bisa lebih tenang dalam belajar. Murid bisa belajar inti-inti dari pelajaran yang disampaikan melalui soal yang diberikan. Kemudian kegiatan belajar seperti praktik, mengerjakan soal hitungan bisa langsung diberikan dengan soal tersebut. Anak tinggal mengerjakan dengan melihat-lihat buku pelajaran yang ada. Hanya saja hambatannya sekarang ini adalah terbatasnya buku paket, sehingga anak tidak bisa mengerjakan di rumah.
Hambatan lainnya adalah terbatasnya materi dari buku paket karena buku paket sekarang kurang banyak memuat informasi/konten. Ketika soal diberikan, ternyata materinya tidak selengkap buku-buku sebelumnya. Akhirnya mereka bisa menemukan materi jawaban dari internet. Setidaknya dengan cara ini anak menikmati membaca karena kebutuhan untuk mengisi soal yang kebanyakan soalnya berupa pertanyaan terbuka.
Kepada siswa seringkali dianjurkan untuk membaca berulang-ulang untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isi materi pelajaran. Membaca sekali berbeda dengan membaca dua kali dan seterusnya. Semakin sering maka semakin faham akan materi tersebut.
Saya pernah membaca dan mengikuti apa yang saya baca dengan membuat peta pikiran, dan memang banyak yang saya fahami. Namun karena saya kurang sabar ingin cepat-cepat membaca, kebiasaan ini kadang-kadang saya lakukan. Setiap cara memang ada rasa jenuhnya, dan kadang ingin sesekali mengerjakannya kembali. Cara membaca yang saya yakini kebaikannya belum tentu cocok dengan orang lain,bahkan dengan cara membaca orang yang ada disekitar kita seperti isteri dan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H