Ketika Saya mengajar di daerah selatan Cianjur, Saya bertetangga dengan Wa Sari seorang pedagang makanan di dekat Sekolah tempat saya mengajar. Makanan yang dijualnya berupa lotek, karedok, kupat tahu dan juga lauk pauk teman nasi. Beliau berdagang lotek di hari senin, berdagang kupat tahu di hari Rabu dan karedok kapan saja beliau ada.
Makanan yang tersebut di atas biasanya dilengkapi dengan bumbu kacang yang dihasilkan sendiri, dimasak sendiri sehingga memberikan rasa khas yang berbeda. Kualitas makanan yang dihasilkan lebih natural dan berasa dibandingkan makanan yang sama yang dijual di pasar yang adanya seminggu sekali.
Saking sukanya dengan karedok buatan wa sari, Saya yang tinggal ngekos kerap menjadikan makanan berbuka dikala bulan ramadhan. Hal ini diketahui pak wakil kepala sekolah dan memperingatkan agar saya jangan terlalu sering makan hanya dengan karedok saja.
Bagi pembaca yang bukan orang sunda, karedok adalah makanan yang terbuat dari sayuran-sayuran segar seperti kol, ketimun, kacang panjang, toge, terong bulat dan kemangi. Sayuran yang dipotong kecil-kecil ini kemudian dicampurkan dengan sambal kacang tanah. Bila anda menikmatinya di tanah sunda, sayuran ini akan dicamourkan di sebuah cobek besar tempat menghaluskan sambal kacang dan sedikit ditekan agar sayurannya menjadi memar.
Karedok kemudian dihidangkan di atas piring beralas daun pisang dengan taburan kerupuk udang dan bawang goreng. Ada kalanya pada karedok ditambahkan lontong atau tahu goreng. Harga karedok cukup murah dan mudah ditemui di sekitar Cianjur. Karedok cukup mengenyangkan dan dijadikan alternatif makan siang atau teman makan nasi.
Bumbu kacang ini bisa digunakan untuk ketiga makanan yang dijual oleh Wa Sari, makanya beliau selalu menyiapkan kacang tanah untuk digoreng dan siap dijadikan bumbu. Pelanggan sudah tahu kapan Wa Sari berjualan lotek, atau kupat tahu karena waktu penjualannya berbeda.
Di hari Senin, banyak pelanggan yang pulang atau berangkat ke pasar yang adanya di hari senin untuk singgah di warung Wa Sari untuk membeli lotek dan makanan lainnya seperti gorengan bala-bala. Bahkan ada juga yang sengaja duduk-duduk dan mengobrol sambil menikmati lotek yang dihidangkan. Demikian pula hari Rabu, banyak yang singgah untuk membeli kupat tahu yang bumbu kacangnya sangat terasa. Pelanggannya juga bukan hanya orang dewasa, tetapi para pelajar yang tak jauh dari warung Wa Sari.
Di sekitar sekolah, banyak siswa atau guru yang ngekos karena jauhnya dari tempat tinggal mereka. Termasuk diantaranya Saya sendiri yang ngekos dan pulang ke keluarga dua minggu sekali. Keberadaan warung Wa Sari sangat membantu orang-orang yang jauh dari keluarga untuk mendapatkan makanan. Bahkan di rumah beliau juga ada beberapa orang yang mangkalan (orang yang ngekos) dan sekaligus memenuhi kebutuhannya akan makanan dari wa Sari.
Itulah kenangan mengenai bumbu kacang karedok wa Sari ketika bertugas di Cianjur Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H