Soal pilihan ganda bisa dijawab dengan menghitung kancing, tapi hasilnya belum tentu memuaskan yang menjawab soal tersebut. Dengan menjawab asal-asalan memang mungkin saja benar, tetapi kemungkinan besar salah. Karena mudah mengisi belum tentu menjawab dengan benar, karena pilihan-pilihannya begitu sama. Kadang kala soal disisipi oleh pengecoh, sehingga jawaban yang dapat dicerna karena kurang teliti menjadi salah.
Bagi murid yang tidak peduli dengan pelajaran sekolah, mereka bisa menjawab dalam hitungan beberapa menit. Bahkan ketika masa covid, Saya memberikan soal pilihan ganda, menjodohkan dan BS (benar-salah) dalam bentuk google form, hanya sekitar 15 menit setelah saya kirim ke grup wa langsung saja saya dapat melihat kiriman jawaban murid. Soal yang berjumlah 40 buah bisa dikerjakan dengan cepat, dan hasilnya memang tidak jauh dengan yang mengerjakan lama.
Kalau murid mengerjakan soal PG di kelas, guru bisa menahan siswa untuk tidak keluar cepat-cepat dari kelas karena murid tersebut sudah selesai mengerjakan. Hanya tentunya bukan murid tersebut memeriksa hasil pekerjaannya, tetapi ramai mengobrol. Mungkin ada satu dua yang patuh kepada guru untuk memeriksa kembali, tapi sebagian besar merasa cukup dengan jawaban yang ada.
Bagi Saya memang ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bentuk soal tersebut. Soal PG lebih sulit untuk membuat soalnya, karena Guru harus mencari alternatif jawaban-jawaban salah, tetapi mudah untuk memeriksanya. Sebaliknya soal uraian lebih mudah untuk membuat soalnya namun memeriksanya lebih sulit karena tiap soal memiliki skor yang berbeda. Apalagi bila jawaban murid ditulis dengan tulisan yang kurang jelas.
Jawaban soal PG berasa kurang bisa menjelaskan kemampuan siswa yang sebenarnya. Mungkin hanya bisa melihat dari jumlah benar atau salah atau analisis tiap soal yang bisa menilai kemampuan sekelas dalam soal tertentu. Dalam soal uraian kita bisa menilai apa yang dipikirkan oleh siswa tentang suatu soal, dan Saya pun dapat memberikan nilai penghargaan karena sudah menjawab. Saya bisa tahu kalau murid menjawab asal atau jauh dari yang diharapkan.
Dari soal uraian minimal Saya bisa tahu seberapa bagus tulisan siswa. Ketika Kepala Sekolah kami memeriksa jawaban murid ketika penilaian tengah semester, beliau mengeluhkan tulisan siswa yang kurang bagus. Belum lagi ada siswa yang tiap kata-katanya ditulis tidak lengkap kurang satu atau dua hurup. Maka tugas guru adalah memperbaiki kebiasaan-kebiasaan siswa yang kurang baik dalam menulis.
Soal uraian juga bisa menjelaskan siapa saja yang tidak bisa membaca. Anak yang tidak bisa membaca bisa saja menjawab hanya dengan menyalin kata-kata yang ada pada soal, padahal anak tersebut tidak bisa membaca apalagi mengerti apa yang ditanyakan.
Bukan rahasia lagi adanya siswa yang belum bisa membaca pada level SMP tiap tahunnya. Bahkan kemampuan membaca murid bisa terdeteksi ketika anak membaca Undang-Undang Dasar 1945 waktu upacara ketika membacanya tidak lancar.
Kelebihan soal uraian ini tidak menjadikan soal PG tidak berguna. Karena dengan soal PG ini murid dapat memilih dan menimbang berbagai pilihan sehingga bisa membedakan jawaban yang benar. Pernah ada Guru yang meremehkan soal B-S karena dianggap sebagai soal untuk anak SD, padahal soal S-B sangat bermanfaat untuk melatih sikap siswa. Asesmen siswa bisa juga mengukur afektif murid dari soal tulis bukan hanya soal kognitif saja.
Soal PG maupun uraian keduanya bermanfaat, makanya sekolah kami menggunakan soal uraian pada penilaian tengah semester dan PG, B-S, menjodohkan dan uraian pada soal PAS agar siswa bisa dinilai dengan berbagai cara dan bentuk soal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H