Lihat ke Halaman Asli

Isnaeni

Belajar dengan menulis.

Warung dan Pemenuhan Kebutuhan Warga Sekolah

Diperbarui: 17 Oktober 2023   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika Saya bertugas di daerah selatan Kabupaten Cianjur, Saya dan keluarga sempat bingung dengan bagaimana Saya makan, bagaimana Saya mondok dan sebagainya. Namun kekhawatiran itu sedikit demi sedikit mulai berkurang. Hal itu bisa terjadi karena rasa kekeluargaan dari penduduk sekitar sekolah yang membuat Kami sebagai pendatang diterima di sana. 

Di sekitar kami, penduduk sudah terbiasa menerima siswa atau guru pendatang yang tinggal dan sekaligus menyediakan makanan. Beberapa rumah membuka warung baik itu warung kelontong, rumah makan, atau warung-warung yang menjual kebutuhan orang-orang di sekitar sekolah. 

Pertama kali datang ke tempat tersebut, Saya sempat membayar untuk tinggal secara bulanan. Untuk makan, Saya membayar perminggu dengan lauk mengikuti lauk yang dimakan oleh pemilik rumah. Dengan mengikuti makanan penduduk setempat, Saya merasakan apa saja yang mereka makan. 

Pada kesempatan lain, penduduk setempat ada yang membuat warung makanan. Setiap siang hari selepas mengajar, Saya menyempatkan mengunjungi warung tersebut untuk makan siang. Jenis makanan yang disediakan memang cukup enak dengan harga sekitar sepuluh ribuan. 

Menunya berupa daging ayam yang diolah menjadi berbagai masakan, sampai menu lain. Namun sayangnya bila waktu libur, warung tersebut tidak terlalu banyak pengunjung, karena tidak ada anak atau guru yang membeli. Pembeli warga sekitar tidak terlalu banyak. 

Sore harinya, Saya sering membeli makanan di warung yang dekat dengan tempat kosan. Menunya memang agak sederhana, seperti goreng telur atau karedok. Namun setelah makan sore ini, Saya cukup merasa kenyang sampai ketemu pagi lagi. Di pagi hari, Saya biasanya memasak mie dan ngopi. Itulah keseharian Saya dalam makan ketika bertugas jauh dari keluarga. 

Kalaupun Kita belum makan, penduduk setempat tidak segan menawarkan makan kepada kita. Tentunya Saya tidak bisa makan begitu saja, kecuali membayar apa yang Saya makan. Mengikuti kegiatan masyarakat di sana, Saya bisa ikut makan-makan karena ada acara keluarga. Misalnya ada yang syukuran ulang tahun, atau acara-acara lainnya. 

Sebagai perantau, tentunya mengukur kemampuan keuangan untuk makan atau memenuhi kebutuhan lainnya suatu kemestian. Makan makanan yang memenuhi syarat kesehatan, atau memenuhi kebutuhan lainnya. 

Selain harga, ada tidaknya barang juga menjadi pertimbangan. Di tempat Saya bertugas, ketersediaan barang juga kadang tidak bisa dipastikan. Misalnya bila kita masak sendiri, maka untuk membeli sayuran atau ikan asin, Kita harus membeli ke pasar di hari Jumat, Minggu atau Rabu. Karena di hari lain tidak ada yang menjual.

Keberadaan warung-warung di sekitar tempat kerja sangat membantu Kami yang bekerja dan jauh dari keluarga. Kesibukan kerja dan tidak adanya alat masak serta kepandaian memasak menjadi alasan Kami untuk membeli saja. 

Kenyataannya kegiatan membeli makanan di luar itu banyak sekali manfaatnya, diantaranya adalah untuk lebih mengakrabkan diri dengan penduduk setempat, dan bisa mendapatkan informasi atau isu-isu yang sedang berkembang di daerah tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline