Lihat ke Halaman Asli

Isnaeni

Belajar dengan menulis.

Pelajaran dari Mengunjungi Rumah Murid yang Sakit

Diperbarui: 13 Oktober 2023   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Minggu yang lalu, Saya diajak isteri mengunjungi muridnya yang sakit. Ia sudah berjanji akan mengunjungi muridnya ke orang tuanya di Hari Sabtu, akan tetapi karena kesibukannya sehingga mengurungkan niatnya. 

Tempat yang akan dikunjungi memang tidak jauh dari sekolah apabila diambil garis lurus, jalannya melewati gang yang berbelok-belok dan sawah-sawah yang tidak bisa dilewati motor. Ada jalan besar yang bisa dilewati, tetapi cukup memutar dan menanjak.

Di Hari Minggu sore, Saya mengantar Isteri melalui jalan yang memutar. Jalannya menanjak dan dari atas jalan Saya dapat melihat perkampungan yang ada di bawahnya.

Sayang sekali Harinya sudah sore sehingga hanya lewat begitu saja. Isteri Saya pun belum pernah melewati jalan tersebut, karena biasanya selalu melewati jalan pintas dengan jalan kaki. 

Ketika sampai ke kampung tersebut, Kami menanyakan ke orang yang ada di depan Kami untuk menemukan rumah murid yang akan Kami kunjungi. 

Bangunan beton dan tinggi berada di depan kami, hanya jalan yang harus dilalui berupa gang sempit dan rumah-rumah berdempetan. Ciri kondisi perkampungan di manapun yaitu rumah-rumah berdempetan walaupun di pedesaan. 

Dengan bertanya ke ibu-ibu, akhirnya Kami dapat mengetahui arah rumah yang Kami tuju. Isteri Saya mendapat sambutan dari ibu-ibu dan anak-anak yang ada, karena mereka ada yang merupakan siswa atau pernah diajar oleh isteri. 

Ada juga yang merupakan teman dari kakak isteri yang karena pernikahan dini sudah punya 9 anak dan 15 cucu. Potret kehidupan di desa yang cepat-cepat menikahkan anak perempuan ketika ada pemuda yang cocok walaupun baru lulus SD.

Perkampungan yang kami kunjungi ini kontur tanahnya menurun, dan rumah-rumah berdempetan dengan tangga-tangga dari semen dan batu. Kondisi ini menyebabkan beberapa rumah tidak mendapatkan cahaya cukup. 

Beberapa ibu-ibu berkumpul untuk sekedar makan-makan atau mengobrol. Kondisi rumah juga beragam, ada yang besar dengan beton, dan ada juga rumah kecil dengan kondisi memprihatinkan.

Rumah murid yang Kami kunjungi berada di bawah rumah lainnya, dengan halaman depan penuh dengan sampah plastik. Kondisi rumah sempit dengan batako, hanya kurang cahaya  karena tidak ada jendela. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline