Lihat ke Halaman Asli

Isnaeni

Belajar dengan menulis.

Ramadhan, Lebaran, dan Kegiatan Selanjutnya

Diperbarui: 13 Mei 2023   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah sebulan lamanya Kita melaksanakan puasa Bulan Ramadhan, Umat Islam merayakan Iedul Fitri. Selama sebulan penuh, umat Islam digembleng untuk bisa kembali menemukan siklus kegiatan yang normal dan menyehatkan baik bagi jiwa maupun raga. Walaupun kemudian ketika mendekati lebaran, raga mulai lelah, namun badan sudah mulai terbiasa.

Ketika Ramadhan, Umat Islam dibiasakan untuk membentuk sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Makan yang teratur di waktu sahur dan berbuka membuat Kita makan secukupnya saja. Ketika lebaran telah tiba, pola makan kita menjadi tak karuan. Makan kapan saja, jajan apa saja dan ngemil dimana saja. 

Ramadhan membiasakan diri shalat tarawih setiap malam dan ketika selesai ramadhan kegiatan shalat malam hanya sekedar yang wajibnya saja. Bulan Ramadhan membuat motivasi beribadah meningkat dengan adanya pahala yang melimpah, dan waktu setelah ramadhan semangat beribadah juga berkurang karena pahala yang diperoleh tidak sehebat di bulan ramadhan.

Pergi dari bulan ramadhan membawa kekhawatiran tersendiri. Kegiatan ibadah yang selama bulan ramadhan dilaksanakan akan berkurang frekuensinya. Membaca Al-Quran yang begitu intens di bulan ramadhan menjadi jarang dilakukan diluar bulan ramadhan. Bulan selain ramadhan menjadi bukti dari hasil pendidikan dan latihan selama sebulan penuh sebagai pelaksanaan dari Rencana Tindak Lanjut Ramadhan.

Kegiatan Ramadhan yang teratur berubah kembali menjadi tidak teratur pada bulan berikutnya. Semangat beramal tidak lagi seperti ramadhan dan cenderung berkurang. Berkurangnya amal merupakan siklus hidup kita yang harus kita lewati. Dan perasaan hampa dan berdosa memang merupakan jalan yang tidak bisa dihindari. Dengan perasaan itu, Kita menyadari bahwa manusia tidak luput dari salah dan kekurangan dan berakhir pada penyerahan diri pada Tuhan.

Puasa merupakan latihan kita menahan hawa nafsu. Salah satu nafsu yang tercela adalah perasaan lebih dari orang lain yang selalu menghinggapi diri dalam berbagai aktifitas sehari-hari. Ketika ternyata orang lain lebih baik dan Kita kecewa dengan kenyataan ini. Merasa lebih pintar, lebih baik akhlak dan lebih dalam bidang lainnya ternyata dalam kenyataannya Kita dipaksa untuk mengakui orang lain lebih baik dalam semua hal itu.

 Tapi bila dipikirkan dengan jernih apalah pentingnya merasa lebih ini dibandingkan dengan pentingnya berbuat baik kepada orang lain. Lebihnya diri dari orang lain malah menimbulkan kesombongan, sedangkan kekurangan diri bisa membuat orang lain merasa tidak terintimidasi dengan kesuksesan kita. 

Bulan Ramadhan kali ini memang memberi banyak pelajaran untuk merenungi kembali semua hal yang telah dilakukan, sedang dilakukan dan yang akan dilakukan. Karena insyaallah Kita akan bertemu kembali dengan Ramadhan berikutnya dan hikmah yang berbeda. Kondisi dan situasi yang berbeda akan memberikan pelajaran dan kesan yang berbeda. Tahun yang lalu, Kita masih dalam kondisi pandemi covid-19, dan tahun ini kita diberi nikmat dalam kondisi yang lebih baik.

Tentunya lepas dari satu kondisi masuk ke kondisi yang lain. Lepas dari satu kesulitan masuk kedalam kesulitan yang lain. Termasuk dalam belajar di sekolah pun demikian. Ketika pandemi covid-19, anak-anak belajar daring dan mulai nyaman dengan belajar di rumah dan tahun ini bisa belajar luring kembali. Anak-anak mulai menyesuaikan kembali dengan aktifitas luring dan mulai merasakan bosan dan kehilangan kesenangan mereka ketika daring. Anak-anak dengan permasalahan malas mulai kambuh lagi dan tidak mau sekolah. 

Semua kesulitan merupakan saringan untuk menentukan siapa yang terpilih, kalaupun tidak terpilih pun merupakan gemblengan bagi diri ini supaya lebih baik dan berpengalaman dan ada cerita  di hari tua nanti kepada anak cucu kita.Besrta kesulitan ada kemudahan, itulah hal yang harus kita pegang.

Ramadhan kali ini bisa menjadi cerita yang mungkin akan berbeda rasanya ketika kita menceritakannya kepada anak cucu kita. Seperti ketika Saya ditugaskan ke Sekolah di daerah yang berada daerah yang naik mobil saja memerlukan waktu minimal 6 jam. Ketika itu terasa begitu menderita dan susahnya, tapi ketika waktu berlalu 8 tahun kemudian dan Saya sudah pindah, semua kejadian itu bagai mimpi yang begitu singkat dan memberikan kenangan manis.

Semoga setelah lebaran ini, Kita bisa terus mempertahankan amalan ramadhan dan memperbaiki diri menjadi insan yang taqwa.

   




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline