Penjajahan Belanda, Jepang dan Negara lainnya di Indonesia memberikan jejak yang dapat kita saksikan. Jejak itu berupa bangunan, nama tempat, kebiasaan-kebiasaan dan cerita yang bisa didengar dari saksi sejarah.
Setiap hari kerja saya pergi melewati perkebunan yang saya sangka sebagai warisan dari penjajahan. Karena perkebunan itu sudah lama berdiri, bahkan mungkin sebelum saya lahir. Tanah yang subur benar-benar dimanfaatkan oleh orang asing untuk menghasilkan produk yang bernilai. Perkebunan-perkebunan teh, karet dan kopi merupakan warisan sistem tanam paksa (cultur stelsel) oleh fihak kolonial di Indonesia.
Perkebunan-perkebunan yang ada di sekitar tanah kelahiran penulis adalah perkebunan teh yang kepemilikannya berganti-ganti, bahkan ada beberapa perkebunan yang beralih fungsi. Perkebunan yang dikelola oleh PTPN juga ada, namun komoditasnya berganti-ganti sesuai permintaan pasar.
Bangunan-bangunan yang ada di kota terdekat pun banyak yang merupakan warisan penjajah kolonial, salah satunya adalah Istana Cipanas yang dibangun oleh Gubernur Jendral Gustaaf Willem baron Van Imhoff. Cipanas merupakan tempat yang sejuk dan berada di kaki gunung gede. Kondisi ini menarik fihak kolonial untuk membangun tempat peristirahatan di Cipanas.
Pembangunannya dimulai dari tahun 1742 sampai dengan 1746 dengan mendatangkan para tukang kayu dari Banyumas dan Tegal yang terkenal rajin dan rapi garapannya. Tempat tersebut kini semakin cantik dengan penataan yang indah. Masyarakat pun bisa masuk berkunjung ke tempat tersebut.
Dan yang tidak boleh dilupakan adalah jalan di kota tersebut merupakan jalur yang dibangun pada masa Daendels. Cipanas merupakan salah satu daerah yang dilalui jalur megamendoeng.
Pembangunan jalur Megamendoeng merupakan pembangunan jalan terberat diantara pembangunan jalan dari Buitenzorg ke Karangsembung (Cirebon). Jalur Megamendung ini bisa menghemat waktu perjalanan dari Buitenzorg ke Cianjur. Sampai sekarang jalur ini mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat.
Di sekitar tanah kelahiran, telah ada Kebun Raya Cibodas yang merupakan warisan masa kolonial. Kebun Raya Cibodas dirintis oleh Johannes Ellias Teijsmann pada tahun 1852. Pada waktu itu Kebun Raya Cibodas bernama Bergtuin te Tjibodas (Kebun Pegunungan Cibodas).
Pada awalnya dimaksudkan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri. Sampai sekarang, Kebun Raya Cibodas merupakan tempat rekreasi yang banyak dikunjungi masyarakat.
Warisan kolonial lainnya adalah Perkebunan Teh Maleber yang merupakan perkebunan pertama di Kabupaten Cianjur. Perkebunan ini didirikan pada tahun 1817. Perkebunan karet dan teh merupakan akibat dari sistem tanam paksa (cultur stelsel). Bangunan yang terdapat di perkebunan teh ini juga masih tetap kokoh berdiri dengan arsitektur jaman kolonial Belanda.
Keberadaan bangunan-bangunan dan tempat-tempat warisan kolonial kadang kala tidak disadari oleh generasi sekarang. Bangunan-bangunan ini hanya sebuah bangunan yang belum tentu dimengerti arti sejarahnya.