Lihat ke Halaman Asli

Isnaeni

Belajar dengan menulis.

Implementasi Kurikulum dalam Pembelajaran

Diperbarui: 8 April 2022   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Segala sesuatu ada ukurannya, demikian pula dengan implementasi kurikulum dalam pembelajaran. Sebagai seorang guru sekaligus orang tua, yang paling sulit dalam implementasi kurikulum adalah memberikan porsi kegiatan pembelajaran yang seimbang dan sesuai kadarnya. Misalnya memberikan materi sesuai perkembangan peserta didiknya. Karena setiap peserta didik punya fase tertentu dalam menerima materi pembelajaran.

Tulisan ini dibuat karena rasa subjektivitas saya sebagai seorang ayah yang mempunyai anak yang kemampuan membaca dan menulisnya lambat. Tulisan ini adalah opini dan diskusi saya dengan isteri tentang bagaimana mengajar peserta didik di kelas. Kami punya prinsip bahwa yang harus diajarkan oleh guru dalam pembelajaran adalah materi sesuai kurikulum, bukan berapa banyak materi yang harus ditulis oleh peserta didik. Karena sering kali siswa lebih sibuk menulis materi pembelajaran dan bukan isi dari pembelajaran itu. Akibatnya siswa seperti anak saya sering tidak bisa mengikuti ritme pembelajaran di kelas. 

Keinginan menyampaikan materi sebanyaknya atau tidak mau materinya tertinggal memang sering menggoda pikiran guru. Takut materi yang ada di buku atau silabus belum tersampaikan kepada peserta didik. Dan guru pun menyampaikan materi dengan maraton. Akibatnya materi pembelajaran harus ditulis siswa sebanyaknya dan secepatnya, maupun materi yang dibahas guru dilakukan dengan cepat berupa ceramah yang berkepanjangan (seperti apa yang sering saya lakukan). Akibatnya siswa yang menulisnya lambat menjadi tertinggal dan yang lebih parah menjadi cemoohan siswa lainnya.

Bila melihat isi kurikulum-13 jelas sekali materi harus disampaikan seperti apa. Konstruktivisme memberikan kesimpulan kepada saya bahwa pengetahuan dibangun dari berbagai sumber belajar. Anak bisa saja belajar dari lingkungan tempat mereka tinggal, atau apa yang mereka lakukan (berupa observasi, melakukan praktik dan sebagainya). Anak bisa saja belajar sendiri dari penemuan mereka (inkuiri), tentunya dengan bimbingan guru. Saya kadang heran kepada peserta didik yang tahu suatu istilah atau suatu pengetahuan  yang belum saya ajarkan. Mungkin ia tahu karena mendengar percakapan, menonton tv /youtube, atau bahan ajar lainnya yang ada di luar kelas. 

Demikian pula kalau kita merujuk ke kurikulum KTSP, sering kita melihat ada istilah belajar dari alam takambang dalam RPP nya. Mungkin maksudnya hampir sama dengan Kurikulum-13. Atau CBSA (Cara belajar siswa aktif) pun sama, namun dalam implementasinya menjadi (Cul budak sina anteng=anak dibiarkan begitu saja asal anak asyik sendiri di kelas) atau juga  ada yang mengartikan "Catat buku sampai akhir". 

Cara belajar seperti apa yang kelihatannya cocok dengan kurikulum di atas, karena  menurut saya semua kurikulum itu baik. Mungkin seperti materi bangun datar, kepada anak SD kelas bawah yang belum berpikir abstrak cukup  anak disuruh menyebutkan contoh-contoh benda yang termasuk bangun datar. Dan akan kasian kalau harus menghapal definisi-definisinya. Apalagi harus menulis yang banyak tentang materi itu. (itu mungkin pembelaan bagi yang punya anak yang menulis dan membacanya lambat seperti saya). 

Tentunya latihan menulis juga penting, karena dalam pembelajaran bahasa tentunya cara menulis, bentuk menulis perlu dilatihkan kepada peserta didik. Cara menulis yang sesuai tata bahasa dan aturan menulis lainnya sangat penting untuk di ajarkan dan dilatihkan kepada siswa. Banyak menulis juga mungkin baik untuk melatih anak tulisannya bagus dan cepat.

Implementasi kurikulum pada akhirnya tergantung kepada gurunya juga. Sebaik apapun kurikulum tergantung kepada guru sebagai pelaksana kurikulum. Kalau gurunya punya niat yang baik untuk memperbaiki pembelajaran, insyaallah guru akan semakin baik dalam melaksanakan kurikulum. Dan bagaimanapun pembelajaran guru terhadap anak saya, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya, karena selama daring belajar di rumah dengan bimbingan orang tua  sungguh berat rasanya. Berbeda apabila dengan bimbingan guru di kelasnya.

 

  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline