Lihat ke Halaman Asli

Isnaeni

Belajar dengan menulis.

Pengalaman Pertama Pembelajaran Masa Pandemi

Diperbarui: 20 Maret 2022   04:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENGALAMAN  INSPIRATIF WORK FROM HOME (WFH)

 

 

WARNA WARNI BELAJAR DARI RUMAH (BDR)

 

            Wabah covid-19 melanda di Wuhan tidak disangka sampai di Indonesia. Wabah yang hanya berupa kabar, ternyata menjadi hal yang terjadi di Indonesia. Serentak wabah covid-19 ini menjadi pandemi yang bukan saja mempengaruhi daerah tertentu seperti perkotaan, tetapi juga jauh ke pelosok desa. Demikian juga dengan adanya covid-19 ini berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Serentak sekolah sekolah diliburkan.  Bahkan para guru dan siswa yang pada hari jumat dan sabtu sudah punya rencana pembelajaran di hari senin, tiba-tiba pada hari minggu harus membatalkannya, dan anak-anak serta guru kebingungan dengan apa yang akan dilakukan pada hari senin.  Lalu lintas informasi baik lewat facebook (fb) maupun whatsapps (wa) dan media social lainnya pada malam seninnya sungguh sibuk luar biasa. Keperluannya hanya satu yaitu untuk menanyakan apakah hari senin itu libur atau tidak. Dan di sekolah kami keputusannya hanya gurunya saja yang masuk ke sekolah.

            Di sekolah pun diadakan rapat untuk membahas apa yang akan kami lakukan dengan kondisi seperti ini. Hari itu keputusannya kami di jadwal piket setiap minggu kebagian dua hari. Anak-anak tidak diperkenankan ke sekolah, dan kami komunikasi hanya lewat grup-grup wa atau fb kelas sebelumnya. Kondisi kurangnya kesempatan untuk berkoordinasi membuat kami para guru dengan manajemen sekolah dan siswa sering mengalami miskomunikasi. Tapi kami semakin merasakan pentingnya sosmed dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya memang kami mengadakan grup-grup kelas dan terasa pemanfaatannya masih kurang untuk kepentingan pendidikan. Bahkan untuk beberapa siswa yang kurang kerjaan, media sosmed itu digunakan hanya untuk main-main dan membuli temannya. Tapi dengan adanya kondisi covid-19 ini, media seperti wa betul-betul sangat berarti.

Sekolah kami berada tidak jauh dari kota Cianjur, namun kondisi masyarakat tidaklah seperti yang diharapkan. Masyarakat masih banyak yang belum memiliki pembelajaran daring. Akses pembelajaran melalui internet, seperti tak punya handphone yang tidak memungkinkan untuk pembelajaran lewat internet. Kalaupun punya, mereka tidak punya kuota untuk mengikuti pembelajaran. Untuk mengatasinya, guru memberikan solusi agar siswa yang tidak punya bekerja sama dengan yang punya hp. Selain keterbatasan hp dan kuota, masyarakat masih belum biasa menggunakan teknologi hp. Sehingga menggunakan suatu aplikasi pada hp akan terasa mahal dan sulit.

Kesulitan penggunaan internet ini memberikan hikmah juga pada akhirnya. Siswa menjadi lebih taktis dalam menggunakan berbagai aplikasi internet. Sebelumnya mereka biasa menggunakan hp hanya untuk bermain game ,  youtube  atau sosmed yang penggunaannya cenderung untuk bermain main atau hal-hal negative lainnya. Dan dalam kondisi sekarang, siswa dipaksa belajar bijaksana dalam menggunakan hp atau akses internet. Bahkan  sebelumnya, di sekolah kami penggunaan hp oleh siswa dibatasi waktu- waktu tertentu, bahkan kami larang karena sering mengganggu proses pembelajaran. Tapi kini, hp betul betul membantu kami dalam proses pembelajaran tanpa tatap muka.

Hikmah lainnya adalah bagi kami sendiri sebagai guru. Kami memang sering menggunakan hp untuk komunikasi kami, dengan adanya belajar dari rumah (BDR) ini, kami dipaksa untuk menggunakan aplikasi hp atau sosmed lebih mahir lagi. Kami saling bantu membantu dalam pelaksaan pembelajaran. Pembelajaran jarak jauh ini membuat guru harus menguasai mengemas pembelajaran dengan bantuan aplikasi youtube, link-link pembelajaran dan aplikasi-aplikasi pembelajaran lainnya.  

Kami menyadari bahwa banyak aplikasi aplikasi yang sangat membantu seperti ruang guru, ruang belajar, google class room atau google drive. Tapi, kami juga harus mengukur kemampuan  siswa untuk meng gunakan aplikasi tersebut. Pernah siswa diberikan pembelajaran yang terdapat dari youtube, dan si anak langsung menyatakan tak mempunyai kuota. Bahkan ketika anak diberikan materi pembelajaran dalam bentuk docx, banyak siswa yang tidak bisa membuka materi tersebut. Dan akhirnya guru pun menyarankan siswa menggunakan aplikasi yang dapat membuka dokumen tersebut atau guru memberiakan materi dalam bentuk pdf atau mengcopy paste menjadi pesan wa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline