Lihat ke Halaman Asli

Isnadia Wilda

Mahasiswa Aktif di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Rendahnya Pendidikan di Indonesia: Tantangan dan Upaya Perbaikan

Diperbarui: 15 Oktober 2024   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan sangat penting untuk kemajuan sebuah bangsa, tetapi tingkat pendidikan yang rendah masih menjadi masalah besar di Indonesia. Meskipun pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, tidak ada yang telah mencapai hasil yang maksimal. Beberapa faktor utama menyebabkan situasi ini tetap ada, seperti masalah ekonomi, akses yang tidak merata, dan kualitas pendidikan yang belum optimal

1. Faktor-faktor Ekonomi serta Ketimpangan

 Sosia lEkonomi adalah faktor utama yang bertanggung jawab atas tingkat pendidikan yang rendah di Indonesia. Pendidikan sering dianggap sebagai beban bagi keluarga dengan pendapatan rendah daripada investasi. Seragam, buku, dan kebutuhan sekolah lainnya menjadi hambatan, terutama di wilayah pedesaan. Banyak keluarga menghadapi masalah meskipun ada bantuan seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Serta memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak mereka secara konsisten. Ketimpangan sosial juga memperburuk situasi. Sekolah-sekolah di wilayah perkotaan cenderung memiliki fasilitas dan tenaga pengajar yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah di daerah terpencil. Hal ini menciptakan jurang kualitas pendidikan antara kota dan desa.

 2. Akses Pendidikan yang Tidak Merata 

Indonesia adalah negara kepulauan dengan kondisi geografis yang sangat beragam. Sayangnya, akses pendidikan di beberapa daerah terpencil masih terbatas. Infrastruktur seperti sekolah dan jalan tidak memadai, dan tenaga pengajar sulit didistribusikan secara merata. Akibatnya, anak-anak di daerah terpencil sering tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu, pandemi COVID-19 juga memperburuk akses pendidikan. Ketergantungan pada metode pembelajaran daring membuat banyak siswa di daerah dengan keterbatasan internet tertinggal. Ini menambah kesenjangan antara siswa di wilayah maju.

3. Kualitas Pembelajaran dan Rencana Pelajaran

Kualitas instruksi dan kurikulum juga menjadi masalah. Banyak pendidik tidak menerima pelatihan yang cukup untuk mengikuti perkembangan metode pendidikan kontemporer. Akibatnya, banyak sekolah menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang modern dan tidak sesuai dengan tuntutan abad ke-21.

Kurikulum yang sering diubah tanpa penilaian menyeluruh juga membuat guru dan siswa bingung. Pendidikan di Indonesia lebih cenderung menekankan aspek kognitif seperti hafalan daripada meningkatkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, lulusan seringkali tidak siap untuk menghadapi tantangan yang ada di dunia kerja yang kompetitif.

4. Tindakan dan Impian untuk Perbaikan

Berbagai pihak harus mengambil tindakan konkret untuk memperbaiki kondisi ini. Pemerintah harus lebih serius memperbaiki infrastruktur pendidikan di daerah terpencil, termasuk meningkatkan kesejahteraan guru agar mereka lebih tertarik untuk mengajar di daerah terpencil.

Selain itu, diperlukan adanya perubahan pada kurikulum yang berfokus pada keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreatif, dan mampu menggunakan teknologi. Agar pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, kerja sama antara sekolah, keluarga, dan komunitas juga harus diperkuat. Siswa yang tidak melanjutkan pendidikan tinggi dapat mempertahankan keterampilan yang relevan dan kompetitif melalui program pendidikan vokasional, yang juga perlu didorong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline