Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Seorang Siswa untuk M. Nuh; Mencermati Liberalisme

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13996928741656068734

Di facebook, saya menemukan sebuah gambar (gambar diatas) disertai surat terbuka yang diklaim dari seorang  pelajar yang belum lama ini mengikuti UNAS. bisa dilihat disini.  Sebuah surat tantangan yang sama sekali  tidak sederhana atau curhat remeh temeh  yang hanya mengandalkan perasaan saja.

Pelajar itu sejatinya mengkritik kebijakan pemerintah yang berbasis pada teori liberalisme tertutama yang tertuang dalam buku John Rawls  “A Theory of Justice”. Rawls memberi penekanan yang kuat pada prinsip kebebasan dan  persamaan (equality). Persamaan bagi rawls harus diperuntukkan bagi semua dengan mengesampingkan atribut-atribut yang melekat pada setiap orang; kekayaan, kemampuan, kelas sosial, warna kulit, bentuk fisik dan lain sebagainya, begitulah kira-kira sederhananya.

Seorang yang miskin mempunyai hak yang sama dengan orang kaya untuk mengecap pendidikan sampai jenjang tertinggi. Anak petani dan buruh punya hak yang sama dengan mereka yang terlahir sebagai anak pengusaha, tuan tanah, pejabat, kepala negara sekalipun dalam hal apapun; pendidikan, kesehatan, hukum, karir, termasuk  posisi di pemerintahan.

Persamaan ini dimaksudkan oleh rawls untuk menegakkan keadilan bagi semua, setiap orang bebas dan memiliki hak yang setara untuk berkompetisi meraih apa yang diinginkan. Capaian apapun yang diraih para kompetitor adalah murni sejauh mana usaha yang mereka lakukan.

Beberapa kebijakan pemerintah sangat identik berbasis teori ini karena sangat mudah diterapkan dengan asumsi dasar setiap orang memiliki  kemampuan yang sama dan hak yang sama, jadi tidak perlu repot-repot menganalisis secara detil unsur-unsur kontekstual kewilayahan, kecerdasan, tingkat ekonomi, bakat dan lain-lain. Kasarnya, seorang  yang cacat berkaki satu dianggap punya kemampuan sama dengan orang normal berkaki dua dan dibiarkan di arena yang sama berkompetisi lomba lari 200m. menurut anda, siapakah pemenangnya?

Lihatlah kebijakan BBM subsidi yang satu harga untuk semua, tepat sasaran kah? Lihatlah UN dengan standar nilai kelulusan yang sama, tak peduli akses pendidikan, infrastruktur, dan kualitas sekolah yang berbeda-beda, bahkan untuk sekolah di pedalaman sana. Saya tidak heran seorang bupati sebuah kabupaten yang baru saja mekar memprotes pemberlakuan KTP  nasional untuk seleksi CPNS, ia merasa tidak adil karena putra daerah hanya lulus 3% saja.

Kira-kira apa sebabnya mobnas tidak pernah eksis? Produsen motor lokal gulung tikar? Karena diperlakukan sama dengan mobil dan motor impor, harus bersaing dengan perusahaan yang sudah eksis puluhan tahun, punya nama dan kapital yang sudah sangat besar, jaringan yang luas dan distribusi yang tak terbatas.

Kenapa seorang  hakim sampai menagis ketika memvonis seorang nenek yang mencuri  singkong karena kelaparan? Sementara diluar sana para koruptor merampok miliaran rupiah dengan santainya berkeliaran. Karena diperlakukan sama, para koruptor bisa menyewa pengacara kelas dunia, sementara sang nenek untuk mengganjal perutnya saja tak bisa.

Mungkin M. Nuh menjawab di hati saja: “apa salahnya? kita punya hak yang sama, kemampuan yang sama, kebebasan yang sama, kurikulum juga sama, yang dimakan pun tak jauh berbeda.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline