Lihat ke Halaman Asli

Wujudkan Karakter Islami Anak Kampung Jawi

Diperbarui: 18 November 2021   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat membawa babak baru dalam lanskap kehidupan manusia. Hadirnya produk digital seperti smartphone dan internet disinyalir telah membuka arus globalisasi yang mampu menyatukan seluruh penjuru dunia. Pertukaran informasi di ruang virtual menjadi dunia baru yang memutus sekat-sekat geografis serta meleburkan identitas dan kultur suatu masyarakat tertentu.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini internet sudah menjadi kebutuhan primer manusia lantaran mampu memberikan kemudahan, kenyamanan, dan kecepatan. 

Segala aktivitas masyarakat saat ini sudah terdigitalisasi dan dapat dijalankan dengan mudah. Misalnya dalam mengakses informasi, bertukar kabar, melakukan transaksi, bahkan pendidikan juga demikian. Seolah-olah segala kebutuhan manusia sudah tersedia di dalam teknologi internet.

Kondisi tersebut tentu menjadi suatu prestasi gemilang dalam sejarah peradaban manusia. Di mana teknologi memberikan pengaruh besar dalam proses kehidupan, mulai dari efektivitas dan efisiensi. Namun di sisi lain di samping itu pula tidak luput dampak netgatif yang dihasilkan. 

Tidak selamanya teknologi seperti smartphone dan internet melayani manusia, melainkan di sisi lain juga dapat mengancam dan membahayakan manusia.

Suatu konsensus yang harus disadari ialah, bahwa teknologi ibarat dua keping koin yang juga memiliki dampak buruk dari setiap penggunaannya. Dimulai dari arus globalisasi saat ini, menyebabkan terjadinya pertukaran budaya antar daerah bahkan bangsa. Hal tersebut tidak lain disebabkan karena penggunaan internet yang kian masif dan membuat semua orang dapat mengakses segala informasi dan peristiwa yang terjadi di dunia ini.

Fenomena nyata yang terjadi saat ini yaitu penggunaan media sosial sebagai wahana yang menghubungkan setiap individu. Konten dan informasi di media sosial menjadi konsumsi publik, tidak terkecuali budaya asing yang sedang tren dan bahkan diikuti oleh masyarakat Indonesia. 

Mulai dari musik, pakaian, bahasa, kuliner, juga gaya hidup pun ditiru. Sementara itu masyarakat Indonesia sendiri juga mudah terbawa arus dari luar untuk kepentingan narsisme dan mendapat atensi publik.

Hal demikian tentunya juga akan berpengaruh terhadap identitas dan kebudayaan bangsa. Saat ini dapat disaksikan, para generasi muda di sekitar kita yang ikut-ikutan tren dan budaya asing di media sosial. Misalnya yang ramai saat ini demam Korean Wave atau budaya populer Korea, seperti halnya musik K-Pop dan drama Korea. Tidak hanya sampai di situ, melainkan juga berpengaruh terhadap pola pikir dan sikap generasi kita.

Kondisi tersebut tentunya sangat berbahaya karena dapat mengancam eksistensi nilai-nilai tradisional dan kebudayaan Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan tradisi dan budayanya, dapat tergerus dengan munculnya budaya asing yang justru lebih menarik minat generasi muda.

Melihat problematika ini, tentunya dibutuhkan sikap yang dapat membendung arus tersebut. Di tengah arus globalisasi ini, sangat penting untuk menjaga kelestarian budaya dan tradisi di Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline