Lihat ke Halaman Asli

Ismi Mia

Mahasiswa

Mengenal Hukum Kewarisan

Diperbarui: 7 Maret 2023   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Proses di mana hak milik orang yang meninggal dialihkan kepada ahli warisnya dikenal sebagai harta waris. Konsep pewarisan disebut juga dengan faraid, atau bagian yang nilainya telah dialokasikan kepada ahli waris. Dalam konteks penerapan waris Islam, alasan pertama yang harus dipahami tentu saja merupakan bentuk ketaatan kepada Sang Pencipta atau lebih khusus lagi berpegang pada prinsip-prinsip ketuhanan. Ajaran ini menekankan bahwa merupakan kewajiban Islam untuk membagi warisan sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan sunnah.

Lebih jauh lagi, iman, khususnya landasan iman yang kokoh kepada Allah SWT, terkait erat dengan penerapan waris Islam. Hal ini ditunjukkan dengan berpegang pada Sunnah Rasul-Nya dan Al-Qur'an. Karena itu, berpegang pada warisan Islam merupakan bentuk ketundukan total kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Tidak mungkin seseorang membagi warisan sesuai dengan ajaran Islam jika tidak dilandasi oleh iman.
Perlakuan yang sama bagi laki-laki dan perempuan harus dipastikan dalam pembagian warisan. Kesesuaian hak dan kewajiban adalah adil. Pengalihan harta peninggalan mendiang kepada ahli warisnya sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan Nabi SAW merupakan inti dari pewarisan Islam. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk berbagi keuntungan. Akibatnya, keadilan tidak berarti kesetaraan; melainkan harus seimbang atau al-mizan, atau sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing secara proporsional sehingga proses pewarisan dan sejarah seolah-olah telah sirna pada saat ini.

Penerapan prinsip waris Islam saat ini sudah sangat jarang. Tentu saja hal ini tidak lepas dari pengetahuan dan pemahaman tentang waris yang dimiliki oleh setiap umat Islam. Oleh karena itu, gagasan pewarisan Islam masih dianggap tidak penting dalam Islam. terlepas dari kenyataan bahwa dalam praktiknya, dia menerima hadiah dan konsekuensi serta menjadi ancaman baginya. Ini perlu dipahami sepenuhnya sebelum dapat dipraktikkan. Dimulai dengan sejarahnya, hukumnya, dan aspek lain dari praktik faraidh. Sejarah, hukum, takran, dan tata cara pembagian warisan lainnya akan dibahas dalam artikel ini.

PEMBAHASAN

1. Apa yang menjadi kewajiban ahli waris terhadap pewaris yang meninggal dunia?

Tanggung jawab ahli waris terhadap pewaris telah disebutkan dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) pasal 175 yaitu pada ayat (1) tentang kewajiban ahli waris terhadap pewaris adalah: Mengurus dan menyelesaikan sampai pemakaman jenazah selesai, Menyelesaikan baik utang-utang berupa pengobatan, perawatan termasuk kewajiban pewaris maupun menagih piutang, Menyelesaikan wasiat pewaris dan Membagi harta warisan di antara ahli waris yang berhak.

ketika seorang ahli waris meninggal dunia, warisan dibagikan kepada mereka. Sesuai dengan hukum waris perdata, ahli waris memiliki beberapa tanggung jawab, beberapa di antaranya meliputi:

  • Sebelum harta warisan dibagikan kepada masing-masing ahli waris, seorang ahli waris wajib menjaga keutuhan harta peninggalannya. Tanpa persetujuan semua ahli waris yang bersangkutan, seorang ahli waris tidak dapat memanfaatkan harta warisan yang belum dibagikan kepada semua ahli waris yang berhak menerimanya.
  • Baik menggunakan pewarisan menurut hukum perdata, hukum Islam, maupun hukum adat, seorang ahli waris wajib merundingkan suatu sistem pembagian warisan bagi semua ahli waris.
  • Seorang ahli waris wajib melunasi utang-utangnya.
  • Dalam hal ada wasiat, ahli waris wajib melaksanakannya.

2. Mengapa proses penyelesaian harta warisan segera dilaksanakan?

Untuk menyelesaikan masalah keluarga, proses penyelesaian warisan harus segera diselesaikan. Dengan memperlancar pembagian warisan, maka dapat dihindari terjadinya konflik dan hal-hal lain yang dapat merugikan hubungan kekeluargaan dalam keluarga, khususnya antar ahli waris.

Setiap orang yang menjadi ahli waris setelah kematian ahli waris harus menyadari sejak awal bahwa warisan adalah hak yang sah. Ahli waris berhak untuk memintanya kapan saja, terlepas dari apakah mereka membutuhkannya. Ini adalah hak. Selain itu, sangat dianjurkan untuk mempercepat pembagian warisan karena ini adalah hak. Mengenai waktu pembagian warisan, terjadi setelah utang ahli waris lunas, wasiat ahli waris telah dibagikan, dan pengurusan jenazah selesai. Setelah itu, semuanya berakhir, dan setiap keluarga yang ditinggalkan melewati masa berkabung yang tidak terlalu sulit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline