Proses belajar yang inovatif dalam mata pelajaran Hikayat (salah satu jenis karya sastra klasik Melayu) bisa melibatkan pendekatan yang menarik dan kreatif untuk membuat siswa lebih terlibat dan memahami teks-teks klasik ini dengan cara yang menyenangkan. Hal ini diharapkan akan membekas dalam hati dan pikiran mereka hingga mereka mampu memaknai isi dari teks lama ini. Tentunya ini disebabkan bahwa untuk memahami isi sebuah hikayat perlu pemahaman lebih dalam lagi. Hal itu terjadi karena bahasa yang digunakan bukanlah bahasa sehari-hari, melainkan bahasa melayu kuno. Dan kata-kata arkais menjadi bagian dari bahasa yang terdapat di teks Hikayat.
Untuk menyikapi kendala-kendala tersebut maka guru dapat menggunakan pendekatan seni dan kreatifitas. Hal ini berdasarkan pengamatan penulis bahwa para siswa senang mengeksplorasi yang mereka lihat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Salah satu yang dipilih penulis dengan melalui karya drama, dimana siswa dapat berperan dalam pementasan cerita hikayat yang memungkinkan mereka untuk lebih mendalami karakter dan plot. Di sini terlihat bagaimana bakat-bakat terpendam siswa tereksplor yaitu memerankan karakter tokoh dalam teks hikayat dan menjadi pusat perhatian teman-temannya saat mereka mementaskan drama.
Tentunya persiapan jangka panjang dan pendek itu akan menentukan keunikan hasil pementasan drama dari sebuah teks hikayat. Sebenarnya penambahkan elemen-elemen modern ke dalam pementasan untuk membuatnya lebih menarik juga bisa dilakukan. Namun, sesuai kreatifitas para siswa yang kami temui dilapangan, mereka membawa elemen-elemen modern yang sederhana yang terkait denga isi cerita hikayat yang mereka pilih. Misalnya mereka membuat mahkota dari koran juga membawa kuda2an adiknya ke sekolah tuk jadi kuda tunggangan seperti isi cerita hikayatnya. Untuk hal tersebut penulis mengacungkan jempol untuk usaha mereka.
Selain drama yang dipentaskan ada juga kelompok siswa yang memilih membuat pentas drama seperti panggung boneka/wayang sederhana. Beberapa hari sebelum pementasan panggung boneka/wayang tersebut, dilakukan perekaman suara dari tiap siswa yang memerankan tokoh cerita. Dan saat pementasan tinggal dalangnya menggerak-gerakkan boneka yang sudah dibuat sesuai alur cerita yang dibuat. Dan rekaman suara yang sudah disiapkan pun diputar disesuaikan dengan alur cerita. Di sini terjadi kelucuan dimana terkadang ada ketidaksesuaian gerakan boneka dengan rekaman suara yang diperdengarkan. Nah di sini siswa pun boleh menyelipkan pesan-pesan tersendiri dengan cara yang lucu karena menggunakan dialeg daerah mereka masing-masing.
Bisa dikatakan inovasi pembelajaran bukan hanya menggunakan aplikasi tertentu.. Tapi bisa diartikan pembelajaran yang lebih hidup suasananya alias tidak membosankan. Karena siswa senang, guru pun bahagia karena melihat respon siswa yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H