Lihat ke Halaman Asli

Untukmu, Hai Manusia Munafik

Diperbarui: 2 Juni 2016   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Di kehidupan, kita banyak menemui orang-orang yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda dan tentu saja dari hal tersebut kita bisa menilai sifat dan karakter orang tersebut. Kita tidak hanya menemui orang-orang baik bahkan yang buruk pun bisa kita temui. Dimana ada cahaya disitu pula ada bayangan, hal yang tidak pernah terpisahkan.

Dalam hal ini, mungkin kita sudah tahu orang-orang munafik banyak sekalli kita temui dalam kehidupan kita, dan terkadang orang munafik tersebut ada disekitar diri kita sendiri. Tentu saja hal tersebut sudah tidak asing , terlebih lagi apabila orang tersebut menggangu kehidupan kita. Kita bisa melihat perilaku mereka dengan bagaimana mereka bersilat lidah, bertindak, berperilaku serta menampakkan kebaikan tapi hatinya menyembunyikan keburukkan.

Seperti yang tertafsir dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 8 – 20.

“Karena orang munafik itu tidak sehat keyakinannya, maka akhirnya pendiriannya tidak menentu, terombang-ambing ke sana dan kemari. Perumpamaan orang munafik adalah seperti domba yang bingung antara dua kambing, kadang-kadang tersesat ke sini dan kadang-kadang tersesat ke sana (Shahih Muslim). Sekalipun demikian, mereka tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang dan tidak adil, sebab mereka masih dapat diharapkan kembali kepada kebenaran, insya Allah, dan dengan tegas Rasulullah melarang berbuat sewenang-wenang kepada mereka.”

Keadaan orang-orang munafik ketika cahaya iman masuk kedalam hatinya, tetapi kemudian masuklah juga keraguan didalam jiwa mereka, mereka mengingkari dan meninggalkan cahaya iman tersebut. Karena mereka tidak memperoleh keuntungan dan kebaikan di dalam kehidupan mereka.

Lalu, bagaimana cara untuk menghadapi orang-orang munafik tersebut?

Pada masa Nabi Muhammad SAW., perilaku munafik terlihat dalam kebiasaan mereka menanyakan atau menyangkal ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW., yang sebenarnya tidak layak ditanyakan.

Salah seorang munafik pernah berkata kepada Nabi: ’’Wahai Muhammad, berbuat adillah! (kalau begini) maka engkau tidak adil’’. Kemudian Nabi SAW., mengatakan: ’’Jika aku tidak adil, lalu siapa yang berbuat adil(menurut kamu)?’’. Setelah itu beliau bersabda lagi: ’’Ini merupakan bagian yang telah ditentukan oleh Allah”.

Dari sini nampak sikap inkonsistensi mereka sebagai Mukmin. Mereka yang sejak awal sudah tidak tulus menerima ajaran Rasulullah SAW. selalu merasa keberatan bila harus tunduk dan patuh pada kebenaran pesan-pesan yang diterima Nabi Muhammad SAW. dari Allah SWT.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa cara menghadapi orang-orang munafik dapat dengan langkah, sebagai berikut :

  • Tidak menjadikan mereka pemimpin
  • Bersikap tegas
  • Mewaspadai dan tidak mudah terpengaruh oleh ucapannya, karena kategori tersebut sangat pandai bersilat lidah dan bermanis muka.

Akhirnya, bahwa semua bentuk kemunafikan dapat mendatangkan kerugian besar, baik terhadap agama maupun masyarakat. Pendapat atau pandangan orang-orang munafik itu tidak bisa dijadikan tolak ukur dalam menentukan esensi kebenaran dan kebaikkan, sebab yang mereka katakan hanyalah apa yang keluar dari lidah, bukan apa yang tertanam dalam hati. Banyak orang pandai tapi tidak berarti memiliki Emostional Quetient yang tinggi. Namun, pada akhirnya kemunafikan akan tersingkap, baik ketika masih di dunia ataupun di akhirat kelak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline