Permasalahan literasi anak dalam membaca dua suku kata, Kesulitan membaca dua suku kata pada anak-anak dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan literasi mereka. Sebagaimana pendapat dari Yuliana (2017) menyatakan bahwa, "Kemampuan siswa dalam membaca permulaan menjadi salah satu dasar bagi pengembangan keterampilan membaca lanjut, dimana keterampilan membaca lanjut ditentukan melalui seberapa tepat, cepat dan paham siswa terhadap teks yang dibacanya, masalah dari gagal belajar membaca secara memadai adalah permasalahan serius dalam kegiatan proses pembelajaran. Studi longitudinal jangka panjang terhadap siswa selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa anak-anak yang tertinggal dalam membaca pada akhir kelas jarang mengejar ketinggalan dari anak-anak yang membaca cepat atau normal".
Proses membaca yang tidak lancar dapat mempengaruhi pemahaman terhadap materi pelajaran, menghambat pertumbuhan literasi, dan mengurangi rasa percaya diri siswa di dalam kelas. Sebagaimana pendapat dari Fika Safitri, Faris Naufal Ali & Eva Latipah (2022). Menyatakan bahwa, "lebih dari separuh anak yang mengalami kesulitan belajar membaca, akan mengalami kesulitan akademik, karena belum lancar membaca mereka akan terus tertinggal dari teman sekelas mereka sehingga mengurangi rasa percaya diri anak di dalam kelas". Oleh karena itu, penting bagi para pendidik untuk memahami akar permasalahan ini dan mencari solusi yang efektif.
Salah satu penyebabnya adalah penggunaan metode pembelajaran yang monoton, masih menggunakan metode ceramah, media pembelajaran yang kurang menarik, seperti masih menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA), buku tulis, dan papan tulis, dan strategi pembelajaran yang belum berpusat pada anak. Sehingga tidak menarik minat anak dalam kegiatan membaca. Ketika pembelajaran berlangsung anak-anak kurang paham dalam literasi membaca dua suku kata. Anak-anak merasa bosan dengan media yang digunakan oleh guru. Hal ini dapat dilihat ketika anak membaca dari papan tulis masih banyak yang belum lancar, ada 2 anak enggan maju kedepan saat guru memanggil namanya untuk membaca dipapan tulis, dan ada beberapa anak yang berbicara sendiri saat pembelajaran. Oleh karena itu guru diharapkan mampu mengatasi kesulitan tersebut dan melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi anak melalui media yang menarik yaitu dengan menggunakan media kartu kata bergambar
Setelah dilakukan identifikasi masalah dengan refleksi diri, wawancara guru, kepala sekolah dan pakar maka beberapa tantangan yang terjadi yaitu:
Terdapat berbagai macam gaya belajar anak dalam satu kelas, dalam 1 kelas dari 9 anak terdapat 3 anak dengan gaya belajar kinestetik
Perbandingan guru dan siswa tidak sebanding, sehingga guru kesulitan dalam mendampingi anak saat kegiatan main
- Media yang digunakan guru kurang bervariasi karena masih berupa Lembar Kerja Anak (LKA), buku tulis, dan papan tulis
- Kurangnya pemanfaatan TPACK dalam kegiatan pembelajaran.
- Penataan ruang kelas kurang sesuai
Tantangan tersebut yang menyebabkan seorang guru harus melewatinya dengan berbagai cara seperti menerapkan metode/strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak dan penggunaan media yang menarik dan variatif. Adapun yang terlibat dalam pembelajaran ini adalah: Kepala Sekolah, Guru, Anak-anak
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut yaitu:
1. Menyediakan kegiatan main yang variatif dengan 1 kegiatan sudut pengaman
2. Kolaborasi dengan rekan sejawat
3. Berkaitan dengan media ajar, guru menggunakan media kartu kata bergambar sehingga anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan main dan diharapkan minat membaca anak manjadi meningkat