Lihat ke Halaman Asli

Akankah Terwujud Sila Kedua, Jika Hanya Siswa yang Dituntut Beretika

Diperbarui: 11 Januari 2024   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu nilai nilai pancasila. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai dasar yang selalu ada dan melekat dalam kehidupan manusia. Nilai-nilai itu saling berhubungan erat,saling melengkapi dan saling membutuhkan. Nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok dan dasar bagi penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Nilai-nilai pancasila yang terkandung dalam sila ke-2 yaitu nilai suatu kesadaran beretika atau tingkah laku manusia yang disadarkan pada potensi hati nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma kebudayaan.sila ini sangat berlaku bagi diri sendiri,juga sesama manusia dan lingkunganya,termasuk dalam dunia pendidikan pada akhir tahun 2023 yang saat ini sedang darurat.

Bagaimana tidak darurat?dilansir data voaindonesia,Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) bahkan mencatat kasus perundungan di satuan pendidikan sejak bulan januari hingga September 2023 inisaja mencapai 23 kasus,dari kasus itu,50 persen terjadi di jenjang SMP;23 persen di jenjang SD;.seperti kasus mengenai seorang guru SMP di Lamongan mencukur rambut 14 siswinya karena tidak mengenakan jilbab secara benar.kasus guru SMP 1 Sianjur Mula Mula di Samosir,yang mencukur kepala seorang siswa dengan hanya menyisakan di bagian samping,yang berdampak pada kesehatan mental korban yang merasa dipermalukan.

Perlu kita ketahui bahwa Al-Quran juga sebagai pedoman utama hidup utama islam menegaskan pentingnya etika dalam berbagai konteks.Ayat-ayat yang menekan keadilan,keberadaban,dan perlunya perilaku etis dapat dijadikan dasar pemahaman.

Silabus pendidikan yang menekan pada pembentukan karakter dan etika siswa dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan sila kedua,namun tanggung jawab tersebut tidak hanya pada siswa,melainkan juga melibatkan pendidik,orang tua,dan masyarakat secara keseluruhan dalam membentuk nilai-nilai luhur tersebut.merujuk pada QS At-Tahrim [66]:6.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Artinya: 

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS At-Tahrim [66]: 6).

Pendidik memiliki peran penting dalam membimbing siswa tidak hanya dalam aspek akademis,tetapi juga dalam pengembangan nilai-nilai moral.Dengan menciptakan linkungan pendidikan yang mendukung sila kedua ,kita dapat memastikan bahwa siswa tidak hanya tahu,tetapi juga mempraktikan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Peran Orang tua sebagai pembimbing pertama anak memiliki peran besar dalam membentuk karakter. Mereka perlu memberikan teladan etika dan mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan di rumah. Kolaborasi antara sekolah dan keluarga penting untuk menciptakan fondasi yang kokoh bagi siswa.

Meskipun siswa menjadi fokus tanggung jawab untuk beretika bukan hanya pada pundak mereka. Mereka perlu diajak berpartisipasi aktif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung sila kedua. Inisiatif siswa dapat menjadi pendorong perubahan positif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline