Lihat ke Halaman Asli

Pemuda Jangan Golput 9 Juli

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejarah mencatat bahwa pemuda merupakan inisiator banyak peristiwa penting yang menentukan nasib bangsa Indonesia. Pergerakan Budi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), proklamasi kemerdekaan (1945), sampai dengan pergerakan mahasiswa untuk reformasi (1998).adalah deretan peristiwa penting yang digawangi oleh pemuda. Sampai-sampai Bung Karno mengucapkan “Beri Aku 10 Pemuda, Akan Kuguncang Dunia”.

Tak terkecuali pada pemilu kali ini, peran penting pemuda pun terus berlanjut untuk mengawal bangsa ini, bukan dalam bentuk demontrasi atau perang namun dalam bentuk partisipasi dalam pemilu 2014. Suara pemuda akan menentukan profile pemerintah dimasa datang. Melalui profile pemerintah yang bagus maka akan tercipta kebijakan yang melahirkan kondisi ekonomi yang baik pula. Oleh karena itu, sebagai pemuda kita tidak boleh apatis, karena pemilu kali ini adalah momen bagi Indoensia untuk bangkit.

Peran pemuda penting tersebut bukan karena kebetulan namun didasari alasan sebagai berikut:

Yang pertama, pemuda itu sebagai agen perubahan (change maker). Suara pemuda punya pengaruh yang signifikan dipemilu kali ini. Dari segi jumlah, menurut Center for Election and Political Party Universitas Indonesia (UI) bahwa sekitar 53 juta adalah pemilih muda (usia 17-29 tahun) yang terdaftar sebagai pemilih atau 20-30%nya. Suara yang signifikan tersebut akan menentukan profile pemerintahan kedepan. So, jika menginkan perubahan maka suara pemuda harus aktif mengawal pemilu.

Yang kedua, Selain dari jumlah, pemuda juga dicirikan dengan golongan yang rasional, aktif dan kritis. Mereka adalah generasi yang melek informasi sehingga pilihan pemuda didasari oleh banyak informasi. Pilihan golongan ini akan mencerminkan pilihan yang rasional yang nantinya akan menghasilkan pemimpin yang ideal pula.

Yang ketiga, tahun 2025-2030 adalah tahun puncak Indonesia mendapatkan bonus demografi. Bonus demografi dicirikan dengan jumlah usia produktif yg lebih besar dibanding usia tua. Kondisi tersebut bisa menjadi bonus maupun bencana bagi Indonesia. Disatu sisi bonus demografi bisa meningkatkan angka produktifitas namun disisi lain angkatan muda yang banyak energi namun minim keahlian akan menyebabkan pengangguran usia produktif, yang akhirnya bisa menimbulkan kerawanan sosial.

Kondisi diatas sangat tergantung kebijakan oleh pemerintah dan peran masyarakat. Oleh karena itu, profile pemerintah yang terpilih nanti harus mempunyai visi-misi dan track record untuk menjadikan momentum ini benar-benar menjadi bonus bagi Indonesia. Disitulah peran suara pemuda, pemilu kali ini pemuda punya peran untuk selektif memilih pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk menjadikan momentum bonus demografi menjadi berkah bagi bangsa ini.

Tidak boleh terlambat, persiapan itu harus dimulai sekarang karena karena usia 15 tahun saat ini maka pada tahun 2030 akan berusia 30 tahun (usia produktif). Jadi investasi Sumber daya manusia saat ini akan dipanen pada tahun 2030 (periode puncak bonus demografi). Karena pentingnya persiapan tersebut, maka kebijakan 5 tahun mendatang akan  berpengaruh dalam jangka panjang bagi Negara ini.

#salamtidakgolput

#salampemiluaktif

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline