Lihat ke Halaman Asli

Isma Nuryani

Guru sekolah dasar di wilayah kabupaten Cilacap

Koneksi Antar Materi: Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan

Diperbarui: 17 April 2023   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sekolah merupakan tempat, dimana ada pembelajaran etika. Dengan adanya pembelajaran etika, masa depan murid sebagai manusia yang memiliki moralitas yang baik akan terbentuk. Namun, untuk melaksanakan pembelajaran etika guru dan warga sekolah berperan aktif, terutama Kepala Sekolah selaku pimpinan sekolah. Kepala Sekolah yang dipercaya dapat memimpin kegiatan sekolah perlu memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan. Bagaimana cara kepala sekolah memecahkan atau menyelesaikan masalah ini menjadi contoh dan panutan bagi seluruh warga sekolah. Sesuai dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka Ing Ngarso Sung Tuladha di depan harus menjadi contoh, maka sebagai pemimpin diharapkan dapat memberikan contoh dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. Apalagi masalah yang dihadapi sama-sama mengandung nilai kebajikan. Ini adalah hal yang sulit bagi seorang pemimpin untuk menemukan solusi dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid serta bertanggung jawab.

Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri kita diharapkan tumbuh secara instrinsik dari dalam diri. Nilai kebajikan ini sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Seperti nilai keadilan, keselamatan, tanggungjawab, kejujuran, rasa syukur, komitmen dan lain sebagainya. Nilai-nilai ini mendasari seorang pemimpin mengambil keputusan. Apakah keputusan ini dilakukan untuk orang banyak? Apakah keputusan ini menjunjung tinggi nilai dalam diri? Atau mungkin melakukan keputusan ini berharap agar orang lain melakukan kepada diri kita? Ada tiga prinsip yang umum digunakan dalam mengambil keputusan yaitu berfikir berbasis hasil akhir, berfikir berbasis peraturan, berfikir berbasis rasa peduli. Ketiga prinsip ini dapat membantu pemimpin mengambil keputusan dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal.

Ketrampilan pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching. Ketika melakukan coaching mengajukan berbagai pertanyaan berbobot untuk menggali kemampuan yang ada pada coachee. Sehingga kegiatan coaching menghasilkan keputusan yang diungkapkan sendiri oleh coacheenya. Tentu keputusan coachee ini dapat dipertanggungjawabkan, karena muncul dari coachee sendiri.

Pengambilan keputusan merupakan bagian dari kompetensi sosial emosional. Perlu diingat lagi, ada lima kompetensi sosial emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi serta kempampuan mengambil keputusan yang bertanggungjawab. Dalam kasus dilema etika ini, memerlukan lima kompetensi tersebut, agar keputusan yang diambil tidak merugikan orang lain atau pihak yang terlibat. Begitu juga guru, sebagai pemimpin pembelajaran tentunakan menghadapi banyak kasus dilema etika di kelasnya. Dengan kemampuan mengelola sosial emosionalnya akan memudahkan guru dalam mengatasi kasus dilema etika yang dialami muridnya. Keputusan yang diambil tentu mengandung nilai kebajikan dan berpihak pada murid serta dapat dipertanggungjawabkan.

Sebagai guru atau seorang pendidik memiliki peran dalam memimpin pembelajaran. Tentu setiap harinya atau suatu saat akan menghadapi masalah moral atau etika. Dan ketika masalah yang dihadapi mengandung dua nilai kebenaran atau dilema etika, maka seorang guru harus mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan berpihak pada murid. Sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh seorang guru yaitu mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid.

Dalam mengambil keputusan, seorang guru harus mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan  universal dan tentunya berpihak pada murid. Setelah mempertimbangkan kedua hal tersebut, diharapkan keputusan yang di ambil tepat. Dengan keputusan yang tepat murid akan merasa aman dan nyaman. Ketika murid merasakan aman maka tercipta lingkungan yang positif dan kondusif.

Adapun tantangan yang dihadapi dalam mengambil keputusan yaitu tentang perasaan dan naluri serta tekanan sosial. Kasus dilema etika merupakan kasus yang keduanya sama-sama benar. Menetukan pilihan mana yang tepat, tanpa harus merugikan orang yang terlibat ini sangat sulit. Adapun kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan, yaitu hal ini bisa menjadi faktor yang mempengaruhi cara seseorang memandang suatu masalah etika. Perubahan paradigma dapat mempengaruhi nilai-nilai seseorang dalam mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan dalam pendidikan dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada pengajaran yang memerdekakan murid. Pengambilan keputusan tentang apa yang akan diajarkan, bagaimana cara mengajarkan, bagaimana cara dalam pengambilan nilai dan sebagainya. Hal ini penting untuk dipertimbangkan karena keragaman murid. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mengenal murid secara individu dan membuat keputusan tentang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, mulai dari minat, gaya belajar serta kemampuan awal murid untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan dalam pembelajaran.

Selain sebagai pemimpin pembelajaran, guru juga berperan dalam membentuk murid untuk menjadi seorang pemimpin. Guru yang menjadi panutan atau teladan murid dalam segala sikap, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Ketika seorang guru mampu mengambil keputusan dengan pertimbangan nilai-nilai kebajikan dan bertanggungjawab atas keputusan yang dibuat, secara tidak langsung terekam oleh murid untuk masa depannya. Murid pun akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan dan cakap dalam menyelesaikan kasus dilema etika.

Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pemimpin yang mengambil keputusan yang bertanggungjawab dapat menjadi contoh atau teladan bagi warga sekolah. Selain itu guru memiliki peran sebagai pemipin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan bagaimana pembelajran yang akan dilaksanakan agar sesuai dengan kebutuhan murid. Sesuai nilai dan peran seorang guru, hendaknya memiliki sikap yang berpihak pada murid. Selain itu sebagai seorang pemimpin mampu menguasai sosial emosionalnya dalam mengambil keputusan serta bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. Dengan begitu, secara bertahap akan tercipta lingkungan yang kodusif, aman dan nyaman sampai terbentuk disiplin positif di lingkungan sekolah. Kenyamanan dan keamanan murid memberi rasa kebahagiaan dan keselamatan  sesuai tujuan pendidikan yang berpengaruh terhadap masa depan murid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline