Laut... Satu kata yang akan selalu mendapat tempat penting serta istimewa dalam hidup saya. Bagaimana tidak? Semenjak saya lahir dari seorang ayah bermata pencaharian Nelayan hingga diusiaku yang 14 tahun, rutinitas yang saya jalani, tak jauh dari interaksi dengan kehidupan laut. Berenang serta menyelam dengan hanya menggunakan kacamata renang, tanpa alat bantuan oksigen, juga memancing dengan hanya alat pancing traditional serta memanah ikan dengan hanya menggunakan besi dari payung yang telah diasah, bahkan hingga sempat mengikuti orang-orang yang untuk mendapatkan ikan dilakukan dengan menggunakan bom.
Dimensi ruang dan waktu yang saya jalani pun berbeda saat usiaku yang 15 tahun. Ketika pertama kalinya saya pindah dari Kepulauan Sulawesi menuju Kepulauan Jawa untuk melanjutkan pendidikan.
Petualangan hidupku pun terus-menerus dilalui, bertemu serta berinteraksi dengan berbagai bentuk dan karakter manusia, juga berada dari tempat ke tempat lain. Petualangan yang bukanlah hal mudah bagi seorang anak yang telah terbiasa pada kehidupan laut, yang kini harus menjalani aktifitas dan rutinitas pada kehidupan "aspal" atau kehidupan perkotaan.
Sepenggal cerita pengalaman hidup saya diatas hanya sebagai perkenalan serta sebagai gambaran dari ungkapan bahwa mungkin ada sebagian orang yang jika ingin menemukan dan menentukan passion yang diinginkan dalam hidup merupakan hal mudah. Namun ada sebagian orang, menemukan dan menentukan passion yang diinginkan merupakan hal sulit.
Ya, itulah saya. Salah seorang yang saat itu masih sulit menentukan passion yang diinginkan, walau pada kenyataanya, terkadang passion yang kita inginkan adalah hal yang telah kita jalani sehari-hari, hanya saja belum sepenuhnya disadari.
Singkat cerita, rutinitas yang saya jalani di kehidupan perkotaan pun terjadi begitu saja. Namun pada lain sisi, rutinitas yang telah saya jalani dan selalu berinteraksi pada kehidupan laut belum dapat terganti dengan kehidupan perkotaan. Setiap langkahku di perkotaan masih saja dibayangi kehidupan laut. Namun bukan berarti saya tidak bebas beraksi dalam kehidupan kota. Saya masih tetap menjalani petualangan hidupku.
Seiring bergantinya dimensi ruang dan waktu, saya pun tahu dan mengerti serta menemukan bahwa bayang-bayang kehidupan laut yang selama ini selalu saja menemani setiap langkah hidupku di perkotaan adalah bagian dari passion-ku. Namun setelah saya menentukan passion tersebut, muncul satu pertanyaan yang sangat menakutkan jika saya harus kembali pada kehidupan laut. Bukan karena takut pada ombak atau takut karena masih banyaknya misteri kehidupan laut, melainkan satu masalah penting, terkait masalah jaminan hidup yang tidak dapat dipungkiri bahwa hidup ini sangat membutuhkan jaminan, terutama jaminan jiwa, jaminan kecelakaan serta jaminan kesehatan. Jaminan hidup ini tentu bertujuan agar apapun yang kita jalani dan lalui dalam setiap langkah petualangan hidup kita ini, dapat terhindar dari rasa takut.
Terkait jaminan hidup ini, saya pun bertanya tentang bagaimana caranya agar saya dapat memenuhi jaminan hidup? Sementara saat itu saya masih menjalani pendidikan di salah satu fakultas kedokteran. Apakah saya dapat mewujudkan passion-ku untuk selalu berinteraksi dengan kehidupan laut, sementara saat itu saya sedang menjalani pendidikan, yang tentunya bukan justru untuk memenuhi jaminan hidup, malah justru mengeluarkan jaminan hidup tersebut untuk membayar biaya perkuliahan?
Umm... Hal yang sulit dan menakutkan bukan? ***Ceritanya galau... Hehe...
Namun ternyata, seiring bergantinya waktu, saya pun tahu bagaimana cara agar saya dapat mewujudkan passion-ku dengan tanpa harus meninggalkan pendidikan.
Ya, dengan membagi uang bulananku, namun hal ini tentu membutuhkan pengorbanan dan keihkhlasan serta butuh kreatifitas dan komitmen pada diri sendiri. Contohnya, uang yang untuk membeli buku, saya tabung, lalu untuk mendapatkan buku, saya mencarinya di internet (eBook), yang sebisa mungkin harus gratis. Hehe... Contoh lain, saya pun tidak ngekos, karena saat itu ada rumah kakakku, yang jaraknya cukup jauh dari kampus. Namun hal ini harus saya lakukan dan rela bolak-balik setiap hari. Selain itu, saya juga mencoba berjualan pulsa, mencari beasiswa dan lain-lain. Hal-hal yang saya lakukan di atas, bukan hanya semata untuk mewujudkan passion-ku, namun juga ingin membantu kakakku yang telah membiayai pendidikan kedokteranku.