Lihat ke Halaman Asli

Jemblung

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jemblung meng-Indonesia.

Bukan karena berkah tetapi karena musibah yang menimpa pedusunan Jemblung, desa Sampang dan masuk dalam wilayah kecamatan Karang Kobar, Banjarnegara.  Sampai tadi malam longsoran tanah jutaan kubik itu telah menewaskan 39 orang dan ada sekitar 70an orang yang masih harus dicari.

Jemblung.

Setelah musibah menimpa. Banyak hal yang harus dikerjakan, bukan didiskusikan. Yang pertama tentu merelokasi warga dari wilayah longsoran ke tempat yang lebih aman. Bukan perkara mudah, 'mencabut' warga dari tanah leluhurnya. Namun itu harus dilakukan walaupun harus dengan paksaan. Para ahli sudah memetakan mana daerah rawan bencana, mana daerah yang dianggap aman. Tentu saja pemerintah tidak bisa serta merta memaksa pindah, tetapi penjelasan yang masuk akal dan kepastian memiliki rumah dan lahan garapan tentu  menjadi harapan warga yg kehilangan rumah dan lahan garapan bahkan nyawa keluarga.

Jemblung

Sementara ada analisa bahwa tanah perbukitan sudah beralih fungsi menjadi lahan budidaya tanaman sayuran, hal ini yang menyebabkan tanah sedemikian mudah longsor ketika ada pergerakan. Jika hal itu benar, maka harus ada upaya perbaikan lingkungan di kawasan-kawasan yang serupa dengannya. Bahwa tidak boleh lagi tanah-tanah perbukitan beralih fungsi dari tanaman keras, pepohonan, menjadi lahan garapan untuk bertanam sayur mayur. Dan yang seperti ini banyak terjadi dimana-mana karena permintaan pasar akan kebutuhan sayur mayur.

Jemblung.

Semoga ini menjadi pertama dan terakhir, bahwa kawasan yang berbahaya tidak boleh lagi diperuntukan untuk kawasan hunian karena alasan ekonomi. Korban sudah cukup banyak, dan Jemblung menjadi pelajaran bagi para pengambil keputusan dan juga masyarakat kita.

Jakarta, 15 Desember 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline