Lihat ke Halaman Asli

ismail sayuti

Hutan leuser

Mapas, Pembubaran Panitia dalam Suku Gayo

Diperbarui: 23 Juni 2022   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acara Mapas, pasca hajatan pesta sunat rasul, Dokpri.

Dalam setiap event baik yang di selenggarakan oleh Organisasi, lembaga Pemerintahan baik formal maupun Nonformal. Tak lepas dari peran panitia didalamanya, Peran dan kerja keras panitia di belakang layar sangat krusial terhadap ke berlansungan suksesnya acara, sebab mulai dari persiapan tempat, komsumsi maupun yang lainnya tak lepas dari kerja keras tim panitia penyelenggara tersebut. 

Setelah selesai acara dilaksanakan, tak jarang dengan sisa dana yang ada dalam penyelenggaraan event tersebut, di buatlah pembubaran panitia. Acara ini juga tak kalah meriahnya, tergantung sisa dana dalam acara tersebut. 

Tujuan sederhananya untuk membayar kerja keras yang terlibat ke dalam unsur panitian karna telah banyak sumbangsih yang di berikan baik itu tenaga, pikiran dan waktunya selama proses berlangsungnya acara hingga tuntas.

Dalam konteks budaya suku Gayo, pembubaran panitia di sebut Mapas. Istilah Mapas itu sendiri berdasarkan kamus bahasa gayo artinya membubarkan panitia dalam perkawinan adat sekaligus pertanggung jawaban. 

Pembubaran tersebut di lakukan sebagai mana pada umumnya, setelah menyelesaikan rangkaian acara hajatan tersebut di lakukan pembubaran panitia yang beranggotakan seluruh lapisan masyarakat termasuk di dalamnya jema 4 unsur pemerintahan dalam suku Gayo. Sebut saja Reje (Geucik), urang tue (BPK), Pegawe (Imam), dan Sudere (semua masyarakat dalam satu kampung). 

Dimana tuan rumah, biasanya pasca acara selesai kembali mengundang saudara kekediamannya, meminta izin dan ucapan terimakasih kepda semua partisifan yang ikut menghari di dan menyukseskan acara tersebut. lazimnya, pada kesempatan ini di sampaikan oleh seseorang yang mewakili dari pihak keluarga berpidato di hadapan para hadirin. menyampaikan kepada tamu hadirin awal e ara permulaan akhir e mukesudahan, awale mupakat akhere mugenap. 

Setiap sesuatu ada awal waktunnya dan akhir waktunya, Diawali awalpun kita bersama sama dan di akhirpun bersama sama) mungkin begitulah kalau di terjemahkan. Mengucapkan terimaksih kepada saudara semuanya atas pengorbannya baik itu tenaga, pikiran dan materi dalam membantu meriahkan pesta ini, (niro izinni sudere kin kejang payah ni sudere keluh kesah) dalam acara tersebut kemudian ahli bait menyalami satu persatu hadirin yang ikut andil dalam pesta tersebut.

Pesan moral dalam acara hajatan tersebut memintak izin dari ahli keluarga yang melaksanakan hajatan baik itu kepada keluarga maupun seisi masyarakat yang tak bisa di sebutkan satu persatu. 

Begitulah budaya warisan leluhur yang di wariskan kepada generasi selanjutnya bekerja sama dalam mengerjakan sesuatu dan saling tolong menolong. Terus di lakukan bagi siapa yang melaksanakan hajatan. Semoga upacara adat ini tetap lestari di era globalisasi semakin deras memasuki lini kehidupan dewasa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline