Lihat ke Halaman Asli

Ismail Pong

direktur Pilar Indonesia

"Rihlah" itu Melingkar...

Diperbarui: 18 Mei 2017   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Rihlah” dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai perlawatan, perjalanan, pelancongan dan atau darmawisata. Saya memaknai bahwa dalam “Rihlah” ada makna pergeseran/perpindahan yang dilakukan alam bentuk perjalanan dari tempat biasa ke tempat/lokasi yang tidak biasa. Demikian juga, sejatinya Rihlah berasal dari kata bahasa arab yang juga bermakna perjalanan. Namun Perjalanan ini biasanya mengandung arti perjalanan panjang (traveling dalam sebutan kekinian), atau bahkan juga bisa diartikan sedang melakukan petualangan. Dan tentu petualangan biasanya dilakukan bukan ditempat bisanya.

“Melingkar” bermakna mempertemukan titik pangkal dan ujung menjadi satu sehingga pola yang tampak adalah lingkaran. Dalam lingkaran pola yang ada adalah setiap titik setara dan berhadapan hingga melengkung dan membentuk pola lingkaran. Dalam filosofi lingkran/melingkar ada makna kekuatan, karena melingkar bisa bermakna mengikat titik tengah. Mengokohkan garis lengkung dan membentuk pola indah. Ya.. akhirnya aku memaknai “melingkar” sebagai pola menyusun kekuatan memperkokoh dan mempertahankan titik tengah yang disepakati bersama.

“Rihlah” juga merupakan wasilah pembinaan yang telah ditetapkan dalam manhaj Tarbiyah. Rihlah berkedudukan sama dengan halaqoh setiap usroh yang dilakukan setiap pekan. Rihlah sebanding dengan penggembelangan mental dan fisik yang ada dalam mukhayam. Rihla juga harus berisi konten yang kuat selayaknya tasqif dan seminar. Dan yang terpenting Rihlah didominasi oleh interaksi, dan inilah pembeda dengan lainnya.

“Rihlah” bukan sekedar berpindah dari tempat biasa ke lokasi baru.., Rihlah bukan darmawisata yang tak bertujuan.., Rihlah harus tetap menguatkan layaknya tali “melingkari” kumpulan lidi dan menghasilkan ikatan yang kuat nan kokoh sehingga ia layak disebut sapu yang bisa memberihkan debu. Sekali lagi karena “Rihlah” sebanding dgn pertemuan-pertemuan yang “melingkar” itu.

Maka lakukan “Rihlah” dengan tetap “melingkar’ dengan makna sejatinya…

(ip; catatan Rihlah, 14-15 Mei 2017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline