Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Kau Tahu dari Mana Kau Mengambil Berita

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Menurutku, sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka siapapun akan bisa berkata semaunya”

[Abdullah ibnul Mubarakrahimahullah]

Sanad sangat penting dalam Islam, sebagaimana perkataan salah seorang ulama besar Islam yang saya nukilkan di atas, bahwa tanpa sanad, siapapun akan bebas berkata semaunya. Sanad adalah silsilah [mata rantai] perawi [pembawa kabar] sampai kepada sumber awal beritanya. Sanad atau isnad sangat populer dikalangan para pengkaji ilmu hadis. Setiap hadis yang disampaikan harus ada sanadnya. Misalnya, seorang ulama hadis meriwayatkan hadis yang karena zamannya jauh dari masa Nabi Saw sehingga tidak memungkinkan adanya interaksi langsung, maka ia meriwayatkan hadis Nabi Saw dengan cara sebagai berikut:

A telah mengabarkan kepada kami, dia berkata: B telah mengabarkan kepada kami, dia berkata: C telah mengabarkan kepada kami bahwa dia telah mendengarkan dari Nabi Saw yang bersabda demikian dan demikian.

Derajat dan kedudukan hadis kemudian ditentukan oleh ketsiqahan/kejujuran para perawi tersebut. Ketsiqahan para perawi dapat ditelusuri dari biografinya, dan ilmu yang khusus mempelajari biografi para perawi disebut ilmu rijal.

Dari biografi perawi tersebut kemudian diketahui, layak tidaknya seorang perawi diterima periwayatannya [berita yang dikabarkannya], sebab dalam ilmu rijal, sifat dan karakter seorang perawi benar-benar dikuliti.

Dia secara terang-terangan akan disebut pendusta atau tidak layak diterima periwayatannya jika ia dikenal sebagai seseorang yang berakhlak buruk, bersifat munafik, ingatannya lemah, identitasnya tidak jelas dan seterusnya.

Betapa besar peran ulama-ulama ahli hadis dalam menjaga kesahihan sabda-sabda Nabi Saw. Kitapun disuguhkan kisah dramatis, ketika Imam Bukhari telah menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk menemui seorang perawi, tapi kemudian hanya menyampaikan satu hadis dari Nabi Saw, itupun kemudian Imam Bukhari membuang hadis itu ketika sang perawi dia temukan mengelabui untanya. Berbohong kepada seekor unta sekalipun, sudah menjadi alasan ulama hadis untuk memblack list seseorang dan menolak apapun yang disampaikannya. Diapun akan dikenal ditengah masyarakat, sebagai pendusta dan harus diteliti setiap perkataannya.

Tentu sanad tidak hanya berlaku pada ilmu hadis. Tapi pada semua hal yang berbau informasi. Ketika kita mendapat sebuah informasi maka sudah selayaknya kita mencari tahu dan mengecek kebenaran informasi tersebut. Apa penyampai tersebut melihat langsung apa yang disampaikannya, kalau tidak, dari siapa dia mendengarkannya, dan apa penyampai sebelumnya memiliki kelayakan untuk dipercaya? Dan begitu seterusnya.

Begitupun dalam penulisan karya tulis. Karya tulis akan disebut ilmiah dan memiliki kredibilitas untuk dijadikan rujukan jika menyertakan sumber informasi penulisannya. Sanadpun berlaku dalam dunia reportase. Jika sebuah media tidak mengirim wartawan yang melihat langsung kejadian yang diberitakannya, maka wajib bagi media tersebut menuliskan dari media berita mana ia menukil dan mendapatkan informasinya. Untuk berita-berita mengenai peristiwa luar negeri, kita diakrabkan dengan idiom-idiom jurnalistik seperti, sebagaimana dilansir dari kantor berita BBC, demikian dikutip dari Al Jazeerah dan seterusnya. Sementara kantor berita yang beritanya dikutip tersebut harus bisa dipastikan bersentuhan langsung dengan lokasi kejadian dan  informan utama.

Walhasil, sanad dan sumber berita sangat penting dan urgen. Jika tidak dibebankan adanya sanad, maka siapapun bisa berkata semaunya. Dalam Islam, mengecek kebenaran berita, atau mengklarifikasi ke sumber berita atau obyek yang diberitakan dikenal dengan sebutan tabayyun. Tabayyun adalah perintah tegas dalam Islam, agar umat Islam tidak menimbulkan tindakan yang berujung pada dosa dan penyesalan akibat tergesa-gesa dalam menerima informasi. Tabayyun penting dilakukan agar keputusan yang diambil adil dan tidak merugikan pihak lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline