Lihat ke Halaman Asli

Merosotnya Pertelevisian Indonesia

Diperbarui: 13 September 2021   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Sadarkah kita banyaknya pertelevisian Indonesia yang semakin kesini semakin banyak menampilkan tanyangan penuh hiburan tanpa edukasi di dalamnya.

Drama keluarga artis, prank yang merajalela, sinetron yang tak kunjung usai sampai sampai glorifikasi artis yang baru saja keluar dari penjara setelah melakukan tindak asusila.

Jika artis Korea atau China yang tersandung kasus serupa tamatlah karirnya di dunia pertelevisian. Berbeda dengan Indonesia yang sambut dan bahkan di tayangkan dalam talkshow sampai menyebabkan amarah publik,

Memang sudah ada permintaan maaf dari stasiun televisi tersebut namun, saat memutuskan untuk mengundang apakah pihak televisi tidak memikirkan dengan matang. Pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah memberikan surat peringatan dan pernyataan. Seperti yang di katakan ketua KPI dalam acara podcast Deddy Corbuzier.

"Kita buat surat, kita mengecam glorifikasinya, enggak boleh. Yang kedua dia bisa tampil untuk kepentingan edukasi."

"Misalnya yah, dia hadir sebagai bahaya seorang predator. Kan bisa juga dia ditampilkan seperti itu, ya kalau untuk hiburan ini yang belum bisa di dalam surat edaran itu." Jelas Agung Suprio Ketua Komisi Penyiaran Indonesia.

Namun hal tersebut malah menimbulkan hal negativ bagi banyak orang di tambah kasus yang akhir-akhir ini menimpa Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menambah noda dalam tubuh komisi penyiaran itu.

Pentingnya kuantitas dari pada kualitas seolah menjadi dasar pertelevisian Indonesia. Penayangan sinetron dengan jumlah ratusan sampai ribuan sering kita jumpai dengan jalan cerita yang begitu -- begitu saja.

Pertelevisian Indonesia juga dapat dikatakan kurang mampu mengimbangi perkembangan zaman dan selera publik yang kini mulai beragam contoh apakah baik stasiun televisi menayangkan pernikahan artis hingga berjam-jam lamanya. 

Memang bagus membagikan kebahagiaan apalagi artis tersebut memiliki banyak fans yang mendukung mereka namun ada baiknya untuk tidak menayangkan selama berjam-jam lamanya yang nantinya membuat penonton bosan.

Kurangnya mengikuti keinginan publik mengakibatkan beralihnya publik ke aplikasi online seperti Youtube, Netflix, Viu dan sejenisnya yang menampilkan hal yang lebih beragam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline