Lihat ke Halaman Asli

ismabes

Foto Santai

Alat Pres Ulir Membantu UMKM di Tual Tingkatkan Produksi Enbal

Diperbarui: 20 Oktober 2020   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Langgur, Maluku Tenggara Oktober 2020

UKM atau UMKM saat ini berperan sangat besar dalam menigkatkan ekonomi masyarakat, terutama bagi mereka yang bergelut dalam usaha. ekuatan ekonomi Indonesia termasuk didaerah – daerah banyak di topang oleh industry kecil dan menengah atau usaha mikro. Hal ini karena ekonomi kecil mempunyai pasar yang jelas dan tetap, dan sesuai dengan kultur masyarakat yang senang dengan produk-produk tradisional.

Di Maluku, khususnya kepulauan Kei terkenal dengan pangan olahan lokal yakni singkong tinggi HCN (oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama ENBAL). Enbal juga biasa disebut singkong pahit. Hal ini karena mengandung HCN yang sangat tinggi sehingga perlu dikeluarkan sebelum dikonsumsi. 

Komoditas ini termasuk komoditas unggulan di kepualuan Kei (Maluku) yang telah diolah menjadi berbagai produk pangan seperti enbal bunga (enbal yang dicetak dan dipanggang sekali), enbal bubuhuk (mirip dengan enbal bunga tetapi teksturnya lebih lunak), dan enbal goreng (enbal yang disangrai). Semua produk local ini cukup digemari oleh masyarakat Maluku, karena itulah usaha ini menjadi salah satu sumber penghasilan harian bagi masyarakat setempat.

Salah satu tahapan penting dalam pengolahan enbal adalah proses pemerasan enbal yang sudah diparut untuk mengurangi kadar air yang banyak mengandung HCN (asam sianida). Kadar HCN dalam enbal melebihi 100 mg/kg sehingga sangat beracun jika langsung diolah dan dimakan. 

Proses pemerasan yang biasa dilakukan masyarakat adalah dengan menaruh enbal parut dalam karung dibawah pohon (sebagai tempat pengungkit), kemdian di tekan dengan batu besar beralaskan papan, selama kurang lebih 16 – 20 jam.  Kondisi ini memiliki banyak kekurangan seperti prosesnya lama, kadar air tersisa masih cukup tinggi, serta sanitasi hygiene kurang baik karena air perasan tergenang di bawah tempat peras.

Melihat kondisi ini tim dosen dari Politeknik Perikanan Negeri Tual melalui dana hibah Kementerian Riset Brin skim Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK), melakukan perbaikan alat peras dengan membuat alat peras ulir system hidrolik. 

Menurut ketua tim pelaksana Ismael Marasabessy dari program studi Teknologi Hasil Perikanan, alat pres ulir ini mempunyai banyak kelebihan, karena mampu memeras enbal sekitar 15 – 20 menit dengan kadar air yang cukup rendah sehingga kadar HCN bisa turun sampai < 3mg/kg. Berkaitan dengan efektifitas kerjanya, alat ini telah dipesan oleh beberapa kelompok desa di kota Tual (Maluku) untuk meningkatkan produksi dan kualitas produk enbal, demikian di jelaskan oleh Marasabessy. (tim PPUPIK Polikan Tual)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline