Lihat ke Halaman Asli

Isma RinaMahmudah

Mahasiswa Undergraduate S1 Ilmu Lingkungan di Universitas Sebelas Maret

Patah Hati Menjadi Alasan Terbesar Mendaki Gunung

Diperbarui: 20 Juni 2024   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Masa remaja adalah masa dimana individu mengalami perubahan fisik, emosional, sosial, dan kognitif yang signifikan. Remaja signifikan dengan masa bersenang senang, banyak remaja memanfaatkan waktunya untuk menghabiskan waktu bersenang senang dengan teman -- teman, menikmati masa remaja selain dengan sekolah. Salah satu hal paling menyenangkan saat remaja adalah masa jatuh cinta, banyak hal baru yang kita lewati saat memasuki fase ini.

 Ada jatuh cinta pasti juga ada masanya kita patah hati. Patah hati adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam akibat dari kegagalan hubungan percintaan atau persahabatan yang penting. Hal ini seringkali melibatkan perasaan kehilangan, sakit hati, dan kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa hubungan tersebut berakhir.

Akhir akhir ini mendaki gunung menjadi trend dikalangan remaja. Mendaki gunung menjadi pilihan untuk meluapkan perasaan patah hati. Namun itu adalah satu dari banyak alasan para pendaki untuk mendaki gunung. Gunung adalah tempat yang nyaman, sepi, menenangkan, alam ciptaan-Nya yang sangat indah. Melihat warna hijau di gunung bisa menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kita. 

Akhir -- akhir ini muncul trend dengan slogan "yang sakit hatinya yang disiksa kakinya" merujuk pada situasi dimana dia mengalami patah hati yang menyakitkan namun kakinya yang dibuat sakit karena mendaki gunung. Padahal alasan mendaki gunung bukan hanya itu, bisa jadi dia ingin menikmati alam ciptaan-Nya, menenangkan diri dari dunia nyata yang cukup melelahkan, atau ingin menambah pengalaman bahkan relasi di atas sana.

Hal hal yang perlu dipersiapkan sebelum mendaki gunung seperti persiapan mental dan fisik perlu dilatih minimal satu minggu sebelum kegiatan mendaki dilakukan, persiapan transportasi untuk ke basecamp, logistik dan perlengkapan mendaki seperti sepatu yang memadai, tracking pole, tas, dan perlengkapan camping seperti tenda. 

Sebelumnya mendaki gunung dibagi menjadi dua yaitu pulang pergi atau biasa disebut tek tok yaitu tanpa menginap di atas dan mendaki camping atau camper yaitu mendaki dengan menginap di atas, biasanya perlu membawa tas carrier karena perlengkapan yang dibawa juga berbeda dengan mendaki tek tok. Persiapan yang lain adaah izin orang tua, kotak darurat seperti p3k, dll. Makanan dan minuman yang dibawa mesti yang bervitamin dan yang menambah energi untuk bekal tenaga di perjalanan.

Selain hal di atas, bukan hanya euphoria mencapai puncak yang diperhatikan tapi keasrian dan kelestarian alam sendiri itu harus dijaga, mari kita sama -- sama menjaga alam kita yang juga kita tempati dan manfaatkan, bisa dimulai dengan membawa sampah kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline