Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Tukang Pijat dan Penjual Sayur

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari karena badan letih, saya mengundang seorang tukang pijat laki-laki yang menurut info yang saya terima ia adalah keturunan cina, aku kenal beliau ketika saya memangkas rambut, karena selain memijat ia juga memotong rambut. Ada sesuatu yang menjadikan saya senang dan akan selalu ku ingat dan memberi pelajaran besar bagi saya, yaitu dia sering mengucapkan dalam setiap memijat “Bismillahirrahmanirrahim”.

Suatu ketika saya membeli sayur dengan istri saya, di pagi hari di pinggir pertokoan di kotaku, ada seorang perempuan, penampilannya biasa-biasa saja tapi sangat ramah, ia tidak berjilbab, tapi ada yang membuat saya terherankan, setiap ia mengambil dan menuangkan sayur ke dalam wadah, terucap lirih dari bibirnya ucapan “Bismillahirrahmanirrahim”.

Dari kejadian itu saya merenung dan muhasabah diri, orang-orang itu begitu ringan lisannya mengucapkan kalimat mulia ‘basmalah’, bukankah lafal itu adalah lafal yang diperintahkan untuk senantiasa dibaca dalam setiap melakukan pekerjaan? Tanyaku dalam hati. Kebiasaan ini belum bisa kulakukan secara istiqomah dalam setiap akktifitasku.

Dari kejadian itu Alhamdulillah saya mendapat pelajaran akan kebaikan

1.Senantiasa berbaik sangkalah pada siapa saja yang anda jumpai, orang-orang yang bersinggungan langsung, atau orang-orang yang hanya bisa anda pandang. Karena dibalik tampilan luar sering kali ada kemuliaan di dalam yang kadang kita tidak tahu.

2.Adakalanya orang berpanampilan baik secara dhohir (yang terlihat) seakan akan ia tampak sebagai sosok orang yang paling beriman, akan tetapi karakter dan tingkah lakunya, cerminan dari hatinya sama sekali menunjukkan orang beriman. Terhadap orang macam ini kita pun tetap diharuskan untuk baik sangka.

3.Belajar bisa dari siapa saja, meski penjual sayur, tukang cukur, tukang pijat atau bahkan seorang pemulung sampah. Karena dibalik bingkai keterbatasannya terdapat kelebihan yang tidak kita ketahui. Sungguh Allah Maha Mulia, akan memuliakan hamba-hambanya yang bersabar, serta hamba-hambanya yang rendah hati.

4.Janganlah kita berbangga diri dengan status yang kita miliki, jabat yang kita miliki, harta yang kita miliki. Kita boleh miliki semua yang ada di dunia ini, namun jika kita tidak bertindak sesuai apa yang diperintahkan Allah dan Rasulnya, maka kedudukan kita di mata Allah lebih rendah dari pada tukang sayur yang senantiasa ingat Allah.

Wallahu a’lam bisshowab

www.anasyamsun.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline