Pada beberapa waktu lalu menteri pendidikan kita bapak Nadiem Makarim mengeluarkan kebijakan tentang penggunaan pakaian adat sebagai salah satu seragam sekolah. Lantas bagaimana tanggapan para pelaku di lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah di pedesaan? Yang notabene banyak siswa kurang mampu.
Apalagi bila kita mengacu pada peringatan hari kartini yang hanya satu tahun sekali, wali murid banyak yang merasa keberatan. Meskipun begitu mereka tetap mengusahakan yang terbaik dengan menyewa pakaian adat yang dipakaikan kepada anaknya demi ikut acara peringatan hari kartini.
Tapi, bagaimana hal seperti itu dijadikan pakaian regular atau seragam? Bisakah mereka memenuhi? Nanti yang ada malah siswa akan memakai seragam seadanya, bahkan kaos oblong akan dipakai dengan dalih ini adat desa kami tiap hari dan keseharian juga pakainnya seperti ini.
Belum lagi orang desa menganggap pakaian kesenian jathilan, warokan ataupun kubro siswo dianggap juga sebagai pakaian adat. Bayangkan saja siswa datang ke sekolahan memakai topeng buto ijo, ini mau sekolah apa mau pentas gedruk? Separah ini kah sistem pendidikan kita? (Anggapan orang pedesaan).
Yang niatnya teratur malah jadi tidak teratur dan terkesan sak-sakke.Jadi pada intinya penggunaan seragam memakai pakaian adat di sekolah yang ada di pedesaan kurang cocok untuk diterapkan.
Buatlah kebijakan yang menginovasi sistem pendidikan bukan malah menginovasi fashion pendidikan. Selain itu penggunaan pakaian adat sebagai seragam juga akan menyulitkan guru-guru yang ada di sekolah swasta apalagi di madrasah swasta.
Mencukupi pakaian sehari-hari saja sudah susah bahkan pakaian yang dibeli lima tahun yang lalu masih dipakai meski bolong-bolong, lha ini malah akan mencari pakaian adat yang berbeda-beda tiap minggunya.
Masak mau pakai seragam pakaian adat jawa terus apa adat sunda terus begitu? Gak ganti tema adat tiap minggu lucu, ganti tema adat dompet lesu. Mohon dengan sangat buat kebijakan yang benar-benar bijak, bukan malah bijak sana, bijak sini akhirnya jadi bijak bijik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H