Tema topik pilihan tentang "Mi Enak" kali ini membuat saya ingin menceritakan kisah saya yang hampir selama saya hidup selalu mengonsumsi mi instan setiap harinya. Iya, setiap hari.
Umumnya memang orang-orang hanya makan mi instan hanya 1-2 kali dalam seminggu, bahkan dr. Frank B. Hu Profesor nutrisi dan epidemologi Universitas Harvard mengatakan bahwa mi instan hanya boleh dikonsumsi sebanyak 1-2 kali dalam sebulan. (Baca: Berapa Batas Makan Mi Instan dalam Sebulan?)
Mi instan memang tidak boleh dikonsumsi terlalu sering karena tidak baik untuk kesehatan tubuh karena kandungan protein, vitamin, dan mineralnya sangat sedikit dibanding kandungan natrium dan lemaknya.
Ya, saya tahu itu. Saya tahu bahaya konsumsi mi instan berlebihan. Saya tahu, saya sadar, saya takut, dan sialnya saya tidak bisa berhenti.
Kenapa? Karena sepertinya saya memang sudah kecanduan oleh nikmatnya makanan yang menjadi ciri khas makanan anak kos itu.
Sejak kecil saya memang terbiasa makan mi instan. Hal ini dikarenakan pengasuh saya dulu selalu memberi makan mi instan.
Ibu bapak saya adalah orangtua pekerja yang tidak bisa selalu mengawasi menu makanan anaknya, sehingga dulu mereka tidak tahu kalau makanan anaknya setiap siang adalah nasi dengan lauk mi.
Mereka baru tahu ketika saya berhenti diasuh orang lain dan mulai merawat dan menjaga saya sendiri saat usia saya sekitar 5 tahun.
Karena terbiasa makan mi, saya selalu meminta jatah makan mi kepada Ibu. Jika tidak diberi, maka saya akan merengek seharian.
Orangtua saya bukanlah orangtua yang terlalu keras dalam mendidik anak, mereka cenderung memperlakukan anak dengan lembut hingga taraf memanjakan.
Jadi, daripada melihat saya terus merengek, mereka pasti akan memberikan mi itu kepada saya.