Lihat ke Halaman Asli

Maksimalisasi Peranan Dekranasda sebagai Media Pemberdaya Masyarakat Lokal Pengrajin Anyaman Pandan di Kabupaten Gayo Lues

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

MAKSIMALISASI PERANAN DEKRANASDA SEBAGAI MEDIA PEMBERDAYA MASYARAKAT LOKAL PENGRAJIN ANYAMAN PANDAN DI KABUPATEN GAYO LUES

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Kekayaan Indonesia tersebut mendorong pertumbuhan industri kerajinan berbahan serat alam, salah satunya adalah kerajinan anyaman pandan. Pandan merupakan tanaman pantai yang dahulu tidak banyak dimanfaatkan. Namun sekarang ini, banyak perajin yang mulai memanfaatkan pandan untuk diolah menjadi berbagai aneka kerajinan. Pandan termasuk serat alam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kerajinan. Peluang pasar aneka kerajinan berbahan dasar pandan sangat besar. Mengingat kerajinan tersebut ramah lingkungan dan bernilai seni tinggi.

Kerajinan berbahan baku pandan banyak diminati turis mancanegara. Saat ini ekspor kerajinan pandan terus meningkat. Negara tujuan ekspor kerajinan pandan adalah Amerika, Afrika, Eropa, dan Asia. Pandan mudah didapat di sebagian wilayah di Indonesia dan harga-nya pun murah. Walaupun harga bahan baku pandan murah, namun kerajinan berbahan dasar pandan memiliki nilai jual yang tinggi. Kreativitas dalam membuat kerajinan sangat penting karena tren pasar akan selalu berubah.

Sifat bahan baku dalam industri kerajinan anyaman pandan ini adalah ramah lingkungan dan dapat diperbaharui, hal ini menjadikan kerajinan pandan semakin diminati untuk terus dikembangkan, baik dalam skala nasional maupun internasional. Industri kerajinan pandan dikenal cukup ramah lingkungan, hal ini berkaitan dengan kampanye hijau yang mengedepankan daur hidup berkelanjutan (sustainable life cycle) dalam pengelolaan sumber daya alam. Dengan mengembangkan industri pandan yang ramah lingkungan, artinya secara tidak langsung para pelaku industri ini turut serta membangun kehidupan masa depan yang lebih baik.

Permasalahan di Lapangan

Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam khususnya wilayah Kabupaten Gayo Lues merupakan sebagai salah satu daerah penghasil pandan di Indonesia, wilayah ini mulai mengembangkan hasil-hasil kerajinan tangan dan benda-benda bernilai seni yang berbahan baku dari pandan. Hasil kerajinan pandan tersebut berupa tikar, aneka tas kotak serbaguna dan lain-lain.

Pemerintah Gayo Lues melalui DEKRANASDA (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) telah menaruh perhatian yang tidak sedikit kepada industri kerajinan berbahan baku pandan, mulai dari menyediakan sarana bengkel kerja, pengadaan alat-alat dan mesin-mesin kerja, pengadaan pelatihan-pelatihan dan lain sebagainya. Menjadi ironis mengingat melimpahnya sumber daya alam pandan ini tidak diikuti oleh teknologi sumber daya manusia yang ada, sehingga hasil dari kerajinan dan benda-benda seni tersebut tidak mampu bersaing secara nasional maupun internasional, alhasil target yang ingin dicapai oleh DEKRANASDA, terutama dalam hal untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas masyarakat tidak dapat dicapai secara maksimal, khusunya untuk masyarakat lokal pengrajin anyaman pandan.

Setelah adanya perhatian dari pemerintah, tentu saja ada peningkatan kuantitas hasil dari kerajinan pandan ini, namun produk-produk yang dihasilkan masih kental dengan orientasi kebutuhan lokal, contohnya saja produk anyam ampang (sejenis tikar atau alas duduk berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 70x70cm) yang biasa digunakan untuk acara-acara seremonial dan acara adat, sehingga penggunaannya produk-produk tersebut hanya berlaku untuk kalangan lokal saja, hal ini tentu belum bisa bisa menjangkau permintaan pasar nasional maupun pasar internasional.

Sarana penunjang berupa peralatan dan mesin-mesin dapat memudahkan dan membantu para pengrajin anyaman pandan untuk meningkatkan hasil produksi kerajinan. Keterbatasan sarana penunjang seringkali menjadi kendala tersendiri bagi para pengrajin anyaman pandan dalam megerjakan hasil-hasil karya mereka.

Seandainya-pun produk-produk hasil kerajinan dikelola dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas, maka muncul Kendala berikutnya, yaitu kurangnya sarana untuk memasarkan produk-produk tersebut. Dari sekian kendala yang dihadapi oleh masyarakat lokal pengrajin anyaman pandan, ada satu lagi kendala klasik yang sering di keluhkan, yaitu kendala modal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline