Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Panggung Gembira dan Drama Arena, Standar Tinggi Pensi Santri di Gontor

Diperbarui: 25 Agustus 2017   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pentas grup vokal Panggung Gembira 692 di Gontor Putra 1, Ponorogo. (@iskandarjet)

Pagi itu udara di Ponorogo terasa lebih sejuk dari biasa. Begitu mobil yang saya tumpangi memasuki gerbang Pondok Modern Darussalam Gontor, gempita Panggung Gembira sudah menyeruak di mana-mana. Umbul-umbul berjajar di sepanjang jalan menuju pondok. Dua baliho besar yang digunakan dalam upacara Pekan Perkenalan Khutbatul 'Arsy (semacam masa orientasi untuk siswa) masih dibiarkan berdiri kokoh di lapangan sepak bola.

Di dalam pesantren, sebuah panggung besar sudah menutupi jalan. Para santri berambut cepak terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Para orang tua walisantri terlihat hilir-mudik menambah ramai suasana kota santri.

Mobil-mobil wali santri parkir di depan baliho besar Khutbatul 'Arsy. (@iskandarjet)

Meskipun kegiatan belajar-mengajar sudah dimulai, suasana pondok selama pekan perkenalan terlihat lebih luwes. Apalagi, di kampus satu Gontor Putra ini, akan digelar pentas seni oleh siswa kelas lima dan kelas enam.

Akhir pekan lalu, Kamis, 17 Agustus 2017, saya sengaja datang ke almamater untuk menikmati dua pentas tersebut. Drama Arena (DA) kelas 5 diadakan pada hari Kamis malam, sedangkan Panggung Gembira (PG) kelas 6 digelar Sabtu malam atau dua hari setelah DA.

Ini merupakan kali pertama saya nonton keduanya setelah lulus dari Gontor, 21 tahun silam. Puluhan tahun lalu Gontor belum punya cabang, jadi yang namanya Gontor ya cuma ada di kecamatan Mlarak ini. Kebetulan sebelumnya saya mengunjungi putri pertama di Gontor Putri 3 (GP3), Widodaren, Ngawi, yang ikut salah satu pertunjukan di upacara Perkenalan Khutbatul 'Arsy (PKA).

Santri kelas 5 KMI Gontor sedang mempersiapkan panggung Drama Arena, Kamis (17/8). (@iskandarjet)

Sebenarnya di GP3 juga diadakan DA dan PG yang jadwal pertunjukannya berbarengan dengan Gontor 1. Tapi berhubung tamu pria tidak boleh masuk kampus putri, akhirnya saya meluncur ke Gontor Putra di Ponorogo. Untuk menyaksikan kehebatan dua pertunjukan ini.

Dan saya merasa bersyukur berlipat-lipat, karena selama empat hari di sana, bisa bersilaturrahmi dan ngobrol panjang kali lebar dengan Ust Nasrullah Zarkasyi (salah seorang putra pendiri Gontor KH Imam Zarkasyi).

Sering komunikasi lewat Facebook, akhirnya saya bisa sowan ke Ust Atul nan energik. (@iskandarjet)

Banyak wejangan yang saya dapat dari sang pembimbing Darussalam Pos, koran kampus mingguan tempat saya mengais ilmu jurnalistik saat nyantri di Gontor.

20170817-095412-1-599d3aa608e6ba7d087a2e22.jpg

Lalu dua hari setelahnya, berkesempatan ketemu dan bercengkrama dengan Pimpinan Pondok KH Hasan Abdullah Sahal. Waktu itu suasana ngobrolnya sangat santai, Pak Hasan baru selesai main bola dalam pertandingan lepas kangen antara alumni Porpig FC (klub unggulan santri Gontor) dan Pormada FC (klub ungulan guru Gontor) di Stadion Gontor nan megah.


Pormada dan Alumni Porpig Foto bareng Pak Hasan usai pertandingan persahabatan. (@iskandarjet)

Pentas Tahunan

Meskipun banyak yang mengenal Gontor sebagai pondok modern, tidak banyak yang tahu bagaimana pendidikan di dalamnya dirancang dan dijalankan dengan metode yang modern, khususnya terkait pembentukan karakter lewat pementasan dan karya seni. Ulasan seputar PG dan DA ini saya harap dapat memberikan sedikit gambaran.

Setiap tahun, Gontor punya banyak hajatan seni yang rutin digelar. Seperti grup vokal, lomba musik, pidato, drama dan banyak lagi. Dari sekian banyak acara tadi, Drama Arena dan Panggung Gembira dirancang menjadi pentas paling besar sepanjang tahun.

Greget Panggung Gembira lebih heboh lagi, karena pentas seni ini dihelat oleh santri kelas akhir Gontor. PG merupakan acara pamungkas rangkaian pekan perkenalan. Bahkan lebih dari sekedar pamungkas, seperti disampaikan Pimpinan Pondok Modern Gontor KH Hasan Abdullah Sahal, PG merupakan barometer kesuksesan dalam mendidik para santri.

"Panggung Gembira adalah barometer untuk pondok," kata Pak Hasan saat membuka sekaligus meresmikan PG 692 di kampus Gontor Putra 1, Ponorogo, Sabtu (19/8) malam.

Pak Hasan dan Pak Syamsul Hadi menyampaikan sambutan di PG 692. (@iskandarjet)

Sebenarnya, di penghujung pekan perkenalan pondok modern, ada tiga acara besar yang digelar. Yaitu Drama Arena (DA) yang diadakan oleh santri kelas 5 (setingkat kelas 11 SMA), lalu dilanjutkan dengan Mahasiswa Darussalam Show (Mahadasa Show) oleh para guru dan mahasiswa Gontor, dan ditutup dengan Panggung Gembira (PG) oleh santri kelas 6.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline