Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Gara-gara Sate SBY, Saya Terima Tantangan Digital ini

Diperbarui: 23 Agustus 2017   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Nanang Diyanto

Kemarin saya dapat tantangan. Tantangan yang mungkin tidak saya gubris kalau era digital belum semenarik hari ini.

Jadi ceritanya, oleh-oleh yang saya bawa dari Ponorogo tertinggal di bus Lorena yang saya tumpangi. Sate khas Ponorogo yang terkenal dengan sebutan Sate SBY (karena presiden SBY pernah menyicipinya) ini saya letakkan di kabin bus, tapi terpisah dari barang bawaan lain, sehingga luput dari perhatian saat saya turun di Terminal Kampung Rambutan.

Setelah tiba dari rumah, saat istri menanyakan oleh-oleh yang saya janjikan, barulah teringat ada sekotak sate yang mungkin masih menunggu pemiliknya di dalam bus sana.

Saya pun berusaha untuk menemukannya lalu mendapatkannya kembali. Bukan karena harganya tapi nilainya yang buat saya sangat khas Ponorogo. Juga sudah terlanjur janji ngasih buah tangan setelah seminggu lebih jenguk anak di Gontor.

Saya pun bergegas mengontak petugas Lorena di pool Ponorogo yang kemudian menghubungkan saya dengan kenek bus. Alhamdulillah, sate yang menurut saya lebih enak dari Sate Khas Senayan ini berhasil ditemukan dalam keadaan utuh tak tersentuh.

Tapi masalahnya, tujuan akhir bus itu adalah Bogor. Saat sate ditemukan, posisi bus sedang ada di Pool Lorena Tajur, sebentar lagi sudah harus bergerak ke Ponorogo, kata Mas Ali, si kernet bus.

Kalau cerita ini terjadi tahun 1990an, mungkin saya akan mengikhlaskannya, memberikannya ke Mas Ali yang sedang bertugas di dalam bus.

Tapi ini tahun 2017. Tahun ketika kereta listrik (KRL) sudah nyaman dinaiki kapan pun, dan murah tarifnya. Dan tahun ketika urusan ambil-kirim barang dan antar-jemput manusia semudah mengetuk-ngetukkan jari di layar ponsel.

Saya pun meminta Mas Ali menitipkan sate itu ke pos satpam, sore nanti saya ambil. Begitu pesan yang saya kirim ke dia.

Lalu, setelah urusan mengamankan lokasi dan posisi sate kelar, saya berangkat ke kantor untuk rapat pagi yang rutin digelar setiap Senin.

Sepanjang perjalanan ke kantor, saya mulai berhitung biaya untuk mengambil si sate. Saya coba membuat simulasi harga jasa pengiriman barang berbasis sepeda motor yang disediakan oleh Grab Express dan Go-Send. Dari Bogor diantar ke rumah di dekat Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline