Lihat ke Halaman Asli

ISJET @iskandarjet

TERVERIFIKASI

Storyteller

Berpuasalah untuk Tuhanmu

Diperbarui: 8 Juni 2016   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.livingoctave.com/

Beruntunglah orang Islam. Apapun yang terjadi dengan zaman yang dia tinggali, hidupnya tetap dipagari serangkaian aktifitas ibadah yang menetralisir hatinya untuk tetap tunduk dan sabar.

Setiap hari dia diperintahkan shalat lima waktu, membersihkan anggota tubuhnya dengan air lima kali sehari. Untuk membersihkan hartanya, dia punya kewajiban zakat, dengan perhitungan yang masuk akal, di kisaran 2,5 persen dari apa yang dia miliki.

Setiap minggu dia diperintahkan untuk shalat Jumat berjamaah di masjid, mendapat siraman rohani dari alim ulama. Dan setiap tahun, masih ada ibadah tahunan berupa puasa sebulan penuh dan membayar zakat fitrah di bulan suci Ramadhan.

Puasa Ramadhan adalah benteng paling sempurna yang dimiliki setiap muslim dalam rangka mengikatkan hatinya dengan Tuhannya. Maka tak berlebihan bila bulan suci ini dirancang sebagai bulan ibadah. Bulan pensucian diri. Bulan ujian untuk mereka yang beriman. Yang setiap hari setiap minggu setiap bulan bersembahsujud kepada Allah swt.

Mereka yang jarang atau malah tidak pernah shalat dan zakat, ‘dipaksa’ untuk kembali mendirikan tiang agama. Sepanjang bulan ini, mereka-mereka yang terbiasa meremehkan shalat dan dengan ringan hati meninggalkannya akan kembali rajin shalat—setidaknya selama dia berpuasa.

Puasa didesain agar manusia mau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebutuhan dasarnya. Manusia butuh makan dan minum untuk kelangsungan hidupnya, tapi puasa melarang dua aktifitas dasar tersebut. Manusia butuh berinteraksi seksual untuk kelangsungan jenisnya, tapi puasa melarangnya.

Intinya, tidak ada satu benda dan zat pun yang boleh dimasukkan ke dalam tubuh. Dan tidak ada nafsu birahi yang boleh dikeluarkan sepanjang raga berpuasa.

Tak Berwujud

Dan lebih dari itu, puasa tidak berwujud dan berbekas. Tidak ada penampakan fisik yang bisa membedakan orang yang puasa dari yang tidak. Mereka yang tidak puasa bisa berpura-pura puasa dengan tidak makan dan minum di hadapan orang lain. Mereka yang puasa pun bisa melakukan semua hal yang dilarang secara sembunyi-sembunyi: Diam-diam makan atau minum atau melampiaskan birahinya untuk kemudian kembali berbaur dengan komunitasnya yang sedang berpuasa.

Berbeda dengan syahadat, shalat, zakat, lebih-lebih haji. Keempat rukun Islam lainnya itu terlihat wujudnya. Bisa direkam aktifitasnya. Dan bisa diceritakan perbuatannya. Masalahnya bukan bagaimana Anda menyembunyikan atau mengumumkan kegiatan ibadah tersebut. Tapi terletak dari bentuk ibadah itu sendiri: syahadat, shalat, zakat dan haji adalah melakukan sesuatu, sedangkan puasa adalah tidak melakukan sesuatu. 

Anda bisa dengan mudah memperlihatkan apa yang sedang dilakukan, tapi sulit memperlihatkan apa yang tidak sedang dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline